REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Akademisi Fisika Bumi dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Raghel Yunginger mengatakan pemerintah harus segera mengontrol penambangan batu seperti akik dan sebagainya. Sebab jika tidak diatur maka hal itu akan bisa mengancam keseimbangan lingkungan.
"Masyarakat harus hati-hati mengambil batu, pertimbangkan tempat penambangan. Jangan sampai sampai batu yang diambil di tempat itu justru penyangga batuan di sana, sehingga dampaknya akan terjadi longsor atau erosi," jelasnya, Selasa (10/3).
Raghel menilai wajar bila penambang ingin memanfaatkan sumber daya bumi yang di dalamnya kaya dengan mineral, namun harus memperhatikan kondisi lingkungan yang labil dengan batuan yang lapuk.
Ia menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis batuan yaitu batuan beku, sedimen dan metamorf yang menjadi penyusun kerak atau kulit bumi. "Karena batuan merupakan bagian dari kulit bumi maka dia adalah penyangga alam. Penambangan batu yang tidak tepat akan mengancam kelestarian alam kita," katanya.
Raghel mendesak pemerintah untuk segera menerbitkan regulasi khusus terkait penambangan batu tersebut, sebelum tejadi penambangan besar-besaran. Sementara itu, tren batu akik di Gorontalo menyebabkan menjamurnya lapak yang menjual batu akik di sejumlah ruas jalan di Kota Gorontalo.
"Bisnis batu akik ini membuat kami lebih sejahtera, bayangkan satu bongkah batu bisa setara dengan penghasilan saya selama lima bulan menambang pasir," ungkap salah seorang pedagang batu, Halim.