REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Keberadaan para peternak ayam lokal di Kabupaten Sukabumi saat ini tengah terpuruk. Pasalnya, sebagian besar tidak bisa menjalankan usaha karena mengalami kerugian cukup besar dalam beberapa bulan terakhir.
"Sejak November 2014 lalu, para peternak ayam lokal terpuruk,’’ ujar salah seorang peternak ayam kampung di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi Madroik Abdul Hamid kepada Republika Senin (9/3). Puncaknya, kata dia sebagian peternak terpaksa menutup usahaya untuk sementara waktu.
Madroik mengatakan, ia merupakan salah satu peternak yang terpaksa menutup kegiatan ternak ayam lokalnya. Hal ini dikarenakan dalam empat bulan terakhir dia mengalami kerugian hingga Rp 100 juta. Kerugian tersebut dinilainya cukup besar dan tidak pernah dialami sebelumnya.
Diterangkan Madroik, kerugian tersebut dikarenakan harga jual daging ayam lokal yang anjlok dari Rp 36 ribu per kilogram menjadi Rp 26 ribu per kilogram. Sementara di sisi lain permintaan dari pembeli mengalami penurunan yang cukup drastis dibandingkan kondisi normal.
Kondisi ini kata Madroik hampir dialamai oleh semua para peternak ayam lokal di Sukabumi bahkan di Jawa Barat dan nasional. Ironisnya terang dia pemerintah terkesan tidak peduli terhadap nasib para peternak ayam lokal.
‘’Kami berharap pemerintahan Jokowi peduli pada nasib peternakan rakyat,’’ ujar Madroik. Selama ini terang dia Jokowi seringkali mengkampanyekan untuk memperhatikan nasib rakyat kecil.
Di Kabupaten Sukabumi terang Madroik, terdapat sekitar 40 orang peternak ayam lokal. Sebagian di antaranya tergabung dalam komunitas kelompok peternak ayam kampung Sukabumi (Kepraks). Hampir mayoritas peternak tersebut mengalami kerugian dan terpaksa tidak melakukan usaha ternak untuk sementara waktu. Akibatnya, ratusan pekerja peternakan yang terpaksa menganggur.
Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade M Zulkarnain mengatakan, ada ribuan peternak ayam lokal yang bangkrut karena permasalahan anjloknya harga dan sepinya permintaan. Jumlah usaha peternakan ayam lokal secara nasional mencapai sekitar 850.000 orang yang tersebar di 32 propinsi.
Kerugian yang dialami akibat fenomena ini terang Ade diperkirakan mencapai Rp 200 miliar. Jumlah kerugian akan bertambah besar jika pemerintah tidak tanggap terhadap permasalahan yang dialami para peternak ayam lokal tersebut.
Keterpurukan yang dialami peternakan rakyat tersebut ujar Ade belum pernah terjadi dalam 11 tahun terakhir. Hal ini dikareanakan selama ini peluang usaha peternakan ayam lokal sangat baik dan menguntungkan peternak kecil sehingga setiap tahunnya pertumbuhan peternak cukup besar. Jumlah usaha peternakan ayam lokal sekitar 850.000 orang yang tersebar di 32 provinsi.