Kamis 05 Mar 2015 23:08 WIB

Jalan Ijen Malang Patut Dijadikan Kawasan Bersejarah

Rep: C74/ Red: Indira Rezkisari
Salah satu sudut Kota Malang
Foto: Republika/Rakhmawaty
Salah satu sudut Kota Malang

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG - Rencana Pemerintah Kota Malang menjadi Jalan Ijen sebagai kawasan sejarah wisata mendapat sambutan positif. Pengamat Tata Kota ITN Malang Dwi Sudiatmono mengatakan kawasan Jalan Ijen memang mempunyai sejarah panjang. Jalan Ijen juga salah satu kawasan yang memiliki tata kota terbaik di Indonesia.

"Asal jangan berubah fungsi. Jika melestarikan bangunan dan tata kota tentu didukung. Tapi bila menjadi kawasan wisata belanja tidak cocok," kata Dwi, Kamis (5/3).

Dwi mengatakan setiap kawasan memiliki kawasan dengan fungsi yang berbeda-beda. Kawasan Jalan Ijen sebagai kawasan pemukiman memenuhi syarat tata kota. Dwi mengatakan Jalan Ijen memenuhi syarat karena memiliki pedestrian, taman dan jalur kendaraan yang tertata dengan baik.

Maka menjadikan Jalan Ijen sebagai kawasan sejarah wisata harus dilakukan. Karena, Dwi melanjutkan, saat ini Jalan Ijen sudah mulai dikelilingi pertokoan. Dwi menjelaskan saat ini tidak banyak kota yang memiliki kawasan dengan tata kota sebaik Jalan Ijen.

Seperti Jakarta atau Bandung sudah tidak memiliki kawasan dengan tata kota yang sebaik Jalan Ijen. "Pemerintah Jakarta dan Bandung seperti sudah kalah dengan bisnis, maka kawasan yang memiliki tata kota yang baik kian tergusur dengan pertokoan," kata Dwi.

Menurutnya pemerintah kota harus mampu mempertahankan tata kota sesuai dengan rancangan tata ruang wilayah. Seringkali pemkot kalah dengan desakan bisnis disebuah kawasan pemukiman. Sehingga kawasan kota tua seperti Jalan Ijen semakin menghilang.

Karena itu, tambah Dwi, pemkot harus menaati peraturan tata kota yang sudah ada. Dwi menjelaskan tata kota yang dirancang oleh arsitek Indonesia tidak kalah bagus dari rancangan arsitek Belanda dulu. Namun seringkali rancangan tersebut rusak karena berbagai faktor, seperti Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pertokoan. "Untuk desain kita tidak kalah, namun kepatuhan hukum kita yang masih sangat lemah," kata Dwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement