Kamis 05 Mar 2015 15:44 WIB

Pemerintah Cina Bantu Teknis Percepatan Monorel Bandung Raya

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Satya Festiani
 Maket monorail yang dipamerkan dalam Pameran Produk Teknologi Dalam Negeri di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Senin (19/8). (Republika/Edwin Dwi Putranto)
Maket monorail yang dipamerkan dalam Pameran Produk Teknologi Dalam Negeri di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Senin (19/8). (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Cina memperlihatkan keseriusannya untuk membantu teknis percepatan pembangunan proyek Monorel Bandung Raya. Hal itu terlihat saat digelar rapat pembahasan pembangunan monorel. Pejabat pemerintah Provinsi China selevel Deputi Gubernur hadir ke Gedung Sate. Keseriusan Cina juga diperlihatkan oleh CMC yang membahas lebih detail terkait aspek finasial, studi teknis, rencana jalur, stasiun dan dampak lingkungan serta aspek ekonomi.

‘’Kami tadi membahas secara detail. Jadi, mudah-mudahan April ini hasil pembahasannya ada. Untuk selanjutnya, kita bisa berproses dan ground breaking bisa tepat waktu, di Juli 2015,’’ ujar Asisten Administrasi Setda Jabar Iwa Karniwa, kepada wartawan usai menerima rombongan Pemerintah China dan Chongqing di Gedung Sate, Bandung, Kamis (5/3).

Menurut Iwa, bagian pendanaan yang menangangi finasial pun hadir dalam pertemuan tersebut. Sehingga,  pembahasan lebih detail lagi dibandingkan sebelumnya. Karena semua pendanaan sudah mendukung di antara semua pihak, maka ground breaking-nya bisa dilaksanakan di Juli 2015. Ground breaking akan dilakukan di fase pertama. Yakni, direncanakan ruas Leuwi Panjang-Gedebage-Jatinangor-Tanjungsari sepanjang 28,95 Km.

‘’Tahapannya, sudah sesuai jadwal. Paling pelik, menyangkut finansial karena ini danannya sangat besar,’’ katanya.

Iwa mengatakan, untuk trase Leuwipanjang-Gedebage-Jatinangor-Tanjung sari ini, dana yang dibutuhkan  sekitar Rp 5,9 triliun dengan catatan kurs Rp  8-9 ribu. Namun, sekarang dolar sudah menyentuh Rp 13 ribu.

Sehingga, kalau hanya mengandalkan penumpang, yakni hanya Rp 1,4 triliun masih ada slek 4-4,5 triliun. ‘’Ini yang sedang dibahas. Kira-kira nanti seperti apa skenarionya sehingga dari pihak pemerintah bisa membantu apa,’’ katanya.

Dikatakan Iwa, kewenangan Pemprov Jabar diusulkan terkait pengadaan tanah yang ada di median jalan dan tanah yang akan dibebaskan. Dananya, bisa dari APBD atau APBN. Karena, tak mungkin sepenuhnya mendangalkan business to business.

‘’Itu sulit, tapi kami dari Pemprov Jabar, khususnya tim percepatan pembangunan monoreal akan tetap jalan, termasuk mencari solusi lain dengan pola subsidi silang,’’ kata Iwa.

Subsidi silang itu, kata Iwa, artinya nanti investor tak hanya mengembangkan monorel dengan mengandalkan penumpang dengan tarif wajar yang bisa dijangkau totalnya hanya Rp 1,4 triliun. Namun, perlu ada sebuah pola berupa pengembangan suatu kawasan. Termasuk, di dalamnya Kopertis sehingga ada subsisi silang.

Saat ini, kata Iwa, pelaksanaan proyek secara teknis sebagai pra syarat pembangunan Monorel Bandung Raya akan dilakukan PT Jabar Moda Transportasi (JMT). Yakni, perusahaan patungan PT Panghegar Group dan PT Jasa Sarana. "Mulai dari proses perencanaan, penyelesaian kajian, studi yang harus disiapkan," katanya.

 

Selain itu, PT JMT saat ini diharapkan juga sudah mulai mencari partner strategis serta sumber pendanaan yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek tersebut. Iwa menuturkan salah satu partner JMT yang cukup strategis adalah perusahaan dari Chongqing yaitu Chongqing-HFY. "Untuk urusan pendanaan sudah mulai ada titik terang, karena perbankan dan kamar dagang China sudah mensinergikan ini," katanya.

Menurutnya di luar itu salah satu dokumen yang cukup penting untuk segera mendapat pengesahan dari Kemenhub adalah penetapan trase pembangunan Monorel Bandung Raya. Iwa yang menjadi bagian Tim Fasilitasi Percepatan Pembangunan Monorel Bandung Raya telah mendorong JMT untuk segera menyelesaikan penetapan trase. "Targetnya selesai akhir April ini semoga," katanya.

Iwa berharap, pemerintah Chongqing dapat membantu PT JMT menyelesaikan seluruh studi, kajian teknis, finansial, ekonomi dan dampak lingkungan yang diperlukan proyek ini. Hal ini didasari target Gubernur Jabar Ahmad Heryawan yang mencanangkan proyek ini akan groundbreaking pada Juli 2015. "Waktunya sudah mendesak. Kami meminta Pemerintah Chongqing ikut menempatkan ahli-ahli di bidang monorel untuk membantu PT JMT," katanya.

Pemerintah Chongqing juga diminta untuk membantu PT JMT yang berencana menggelar pameran monorel pada Peringatan KAA 24 April mendatang di Bandung. Pelaksanaan pameran ini diharapkan menjadi media Pemprov Jabar mendorong Pemerintah China dan Indonesia membantu percepatan pelaksanaan pembangunan Monorel Bandung Raya.

"Kami mendiskusikan agar PT JMT dan Chongqing dapat menyediakan bantuan kereta gerbong hasil produksi Chongqing untuk mendorong dan mendapat dukungan dari masyarakat serta pemerintah. Pameran KAA akan jadi momentum terlaksananya proyek," katanya.

Iwa, menyerahkan urusan teknis tersebut pada tim yang dibentuk Pemerintah Chongqing dan PT JMT untuk membahas lebih detil. Menurutnya dukungan dari Pemerintah Chongqing dan pelaku industri monorel di provinsi ini  diyakini bisa mengakselerasi proyek transportasi massal di Bandung Raya tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement