REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengamat politik lembaga konsultan politik dan SDM Bangun Indonesia Agus Mahfudz Fauzi menilai Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) terpilih Zulkifli Hasan wajib mendamaikan Amien Rais dan Hatta Rajasa yang sempat berseberangan menjelang kongres partai tersebut.
"Peran Zulkifli sangat dibutuhkan untuk menyatukan keduanya karena kongres sudah selesai sehingga harus melupakan semua perbedaan yang menjadi dinamika," ujarnya di Surabaya, Senin.
Pihaknya juga memprediksi Amien Rais dan Hatta Rajasa tidak akan konflik berkepanjangan dan segera damai karena keduanya pernah sama-sama saling dukung.
"Kongres 2010, Amien yang merekomendasi Hatta. Pemilihan Presiden 2014 juga demikian. Konflik ini saya melihatnya hanya sementara dan akan bersatu kembali," katanya.
Mantan Komisioner KPU Jatim tersebut juga menilai Amien Rais dan Hatta Rajasa tidak menutup kemungkinan duduk di satu posisi yakni Majelis Pertimbangan Partai (MPP) dengan harapan lebih memperkuat kondisi internal.
Bahkan, lanjut dia, tidak menutup kemungkinan Sutrisno Bachir juga akan diberi kesempatan duduk di posisi sama, mengingat sama-sama pernah menjabat sebagai ketua umum partai berlambang matahari tersebut.
"Kalau mereka bertiga boleh duduk di posisi sama dan ada dalam aturan partai maka PAN diyakini bisa bersaing di Pemilu Legislatif 2019. Yang penting, Zulkifli harus merangkul semuanya dan tidak terpengaruh kelompok-kelompok sebelum kongres," tukasnya.
Sementara itu, menilai jalannya Kongres PAN di Bali, Agus Mahfudz mengapresasi dan melihat proses demokrasi yang dewasa, salah satunya sikap legawa dari pihak kalah serta tidak berlebihannya dari kelompok pemenang.
Menurut dia, pelukan dan ucapan selamat dari Hatta Rajasa ke Zulkifli Hasan yang kalah dalam proses pemungutan suara terbanyak dengan selisih enam suara, dinilai sebuah sikap kepemimpinan ksatria dan layak dicontoh elit politik manapun.
"Selisih suara sangat tipis, tapi tidak ada upaya melawan atau tidak terima dari kelompok kalah. Mereka bahkan saling memberi semangat, dan itu menunjukkan proses berdemokrasi di Indonesia semakin dewasa," tuturnya.
Terkait adanya aksi "kursi terbang" saat pembahasan tata tertib, pihaknya menilai itu tidak lebih dari proses dinamisasi partai politik meski seharusnya bisa dihindari.