Senin 02 Mar 2015 04:30 WIB

Pembudidaya Ikan Rugi Akibat Anomali Cuaca

Budidaya Ikan Gurame (ilustrasi)
Foto: OMARIF.COM
Budidaya Ikan Gurame (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Anomali cuaca yang terjadi beberapa hari terakhir ini, membuat pembudidaya ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kerugian hingga belasan juta rupiah. Sebab anomali cuaca berupa suhu udara yang tidak menentu, mengakibatkan ikan terserang penyakit dan mati.

"Kerugian pembudidaya ikan mencapai belasan juta rupiah, terutama mereka yang mengembangbiakkan ikan hias," kata Pengawas Perhimpunan Ikan Hias Indonesia (PIHI) Yogyakarta Santosa di Dusun Blendangan, Tegaltirto, Berbah, Sleman, Ahad (2/3).

Menurutnya, sudah sejak tiga minggu terakhir ini, ikan hias jenis koi yang dibudidayakannya banyak yang terserang penyakit, terutama bakteri kokus insang, yang menyebabkan kondisinya melemah.

"Banyak yang mati ikan koinya. Jumlah yang koi yang mati ini, mencapai 150 ekor. Angka tersebut hanya yang sudah siap panen saja. Untuk koi, kalau kerugian materi sekitar Rp15 juta. Yang mati ini sudah siap panen, umurnya sekitar enam sampai tujuh bulan," jelasnya.

Ia mengatakan, tidak hanya koi saja, namun perkembangbiakkan ikan hias jenis arwana juga terganggu, karena ikan ini sangat sensitif dengan suhu air yang ditinggalinya, sehingga menurunkan produksi telur dari indukan.

"Arwana terlalu dini masuk masa bertelur dan pengeraman. Biasanya proses ini pada Februari dan Maret, namun sudah terjadi pada Desember 2014 dan Januari lalu. Ini tidak seperti biasa," katanya.

"Padahal, kalau pengeraman di Februari atau Maret, bisa menghasilkan banyak bibit. Telur arwana yang baru dierami juga banyak yang pecah sebelum waktunya, akibatnya tidak maksimal dalam menghasilkan bibit. Habis, ada yang dimakan ikan-ikan lain," tambahnya.

Ia mengatakan, dirinya tidak melakukan strategi apa-apa untuk menyiasati agar tidak terlalu banyak kerugiannya. Hanya, untuk jenis koi ditahan dulu panennya.

Sementara Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman Suparmono mengatakan, cuaca seperti ini memang sangat berpengaruh terhadap ikan budidaya petani. Namun, tidak hanya ikan hias saja, ikan konsumsi seperti gurame dan nila juga terganggu.

"Kalau suhu tanah dingin seperti ini, ikan-ikan memang terganggu. Rasanya panas dingin, panas dingin. Kalau panas terus atau dingin terus, tidak masalah," katanya.

Menurut dia, pihaknya pun hanya sebatas melayani untuk pencegahan saja dengan memberikan vitamin dan obat-obatan kepada para petani ikan. Ia mengatakan, ada suatu teknologi yang membuat ikan budi daya bisa tak terganggu dengan cuaca yakni dengan metode kolam ikan yang ditutup dengan plastik kemudian disemprot air.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement