Sabtu 28 Feb 2015 16:41 WIB

Hari Gizi, Risma Kembali Dapat Penghargaan

Rep: Andi Nurroni/ Red: Ilham
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly memberi piagam kepada Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly memberi piagam kepada Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dianggap berjasa dalam peningkatan kualitas gizi warganya. Untuk itu, wali kota perempuan pertama Surabaya itu dianugerahi penghargaan oleh DPD Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Jawa Timur.

Penghargaan diserahkan oleh Ketua DPD Persagi Jatim, Andriyanto bertepatan dengan rangkaian peringatan Hari Gizi Nasional 2015 di Hotel Narita, Surabaya, Sabtu (28/2). Adapun tema acara tahun ini adalah “Bersama Membangun Gizi, Menuju Bangsa Sehat Berprestasi”.

Dalam sambutannya, Andriantyo menyatakan, momen Hari Gizi Nasional bukan semata-mata membagi-bagikan penghargaan kepada sejumlah tokoh. Namun, lebih dari itu, pihaknya ingin menggugah semangat seluruh lapisan masyarakat agar lebih sadar gizi.

Menurut dia, masalah gizi sudah menjelma menjadi problem kompleks di Jawa Timur. “Ke depan, sumber daya manusia (SDM) sangat ditentukan oleh faktor gizi,” terangnya.

Risma dipilih sebagai penerima penghargaan karena kesehatan masuk dalam program prioritas Kota Surabaya. Andriyanto mencontohkan, salah satu program konkret adalah inovasi pendampingan bina keluarga gizi kurang maupun gizi buruk secara berkelanjutan.

Sementara itu, Wali Kota Risma memaknai permasalahan gizi sebagai sesuatu tantangan yang harus ditangani bersama. Menurut dia, problem gizi bukan hanya menjadi tanggung jawab dokter dan ahli gizi, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat, termasuk pemerintah.

Dikatakan Risma, ketika berbicara tentang gizi, pemerintah kota kerap dihadapkan oleh kultur negatif yang masih bertahan di sebagian kalangan masyarakat. Kultur yang dimaksud mantan Kepala Bappeko ini adalah sikap meremehkan asupan gizi.

“Sayangnya, masih ada saja yang beranggapan toh kalau sakit akan dicover BPJS. Nah, pemikiran seperti inilah yang harus diubah. Sebab, kalau seseorang sakit, akan menyebabkan ketidakproduktifan. Artinya, seharusnya orang tuanya bisa bekerja tapi karena anaknya sakit, terpaksa harus menjaga dan merawatnya,” ujar dia.

Risma menambahkan, pentingnya kesadaran akan gizi harus disadari setiap keluarga. Ketika menghadapi persaingan global, anak-anak Indonesia tidak hanya dituntut cerdas secara intelektual, tetapi juga sehat secara fisik, dan emosional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement