REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia diminta tegas dalam menyikapi telepon Perdana Menteri Australia, Tony Abbott. Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Hanafi Rais ketegaskan Presiden Joko Widodo bisa ditunjukan dengan membeberkan isi telepon Abbott tentang dua terpidana mati Bali Nine warga Australia.
“Joko Widodo harus tegas menyikapi telepon itu, Ia harus membeberkan percakapan via telepon,” ujar Hanafi Rais di Jakarta, Jumat (27/2).
Hanafi menjelaskan, selama ini hubungan Indonesia dengan Australia sangat baik. Namun, Australia lebih membutuhkan Indonesia dalam dukungan ekonomi perdagangan.
Sebab Australia akan mengalami defisit, jika Indonesia menghentikan ekspor industri manufaktur ke Australia. Bahkan dalam skala pariwisata, masyarkat Australia cenderung memilih untuk berlibur ke Indonesia. Sedangan Indonesia hanya membutuhkan Australia untuk tempat belajar.
“Australia itu butuh Indonesia, apalagi dalam ekspor industri manufaktur,” kata Hanafi
Politikus PAN ini menyebut, banyaknya WNI yang belajar ke Australia membuat Abbot mempunyai misi untuk Indonesia. Ia berpendapat, Abbott ingin membuat Indonesia Student Center di Australia. Tujuannya agar WNI dapat berkumpul di Student Center tersebut untuk belajar.
Namun, misi tersebut bisa saja digagalkan ketika eksekusi mati dijalankan pemerintahan Indonsia. Menurut Hanafi, tidak masalah jika Australia menggagalkan niat baiknya tersebut. Sebab masih banyak negara lain dengan kualitas pendidikan lebih baik.
Hanafi menegaskan, tidak ada alasan pemerintah Indonesia untuk takut mengeksekusi Bali Nine. Sebab Australia sangat butuh ke Indonesia. Dengan mengeksekusi dua terpidana mati tersebut, Indonesia bisa menjadi negara yang disegani.