REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati (biodiversity) terbesar di dunia. Itu dibuktikan dengan keberadaan ribuan flora dan fauna yang hidup di negara ini.
Sayangnya, ancaman kepunahan spesies di Indonesia sangat tinggi. Hal itu disebabkan perubahan iklim, pembalakan hutan, perburuan liar, perkembangan industri, serta eksploitasi sumber daya yang berlebihan. Melihat kondisi tersebut, peran masyarakat untuk melindungi, melestarikan, serta memanfaatkan keanekaragaman hayati secara bertanggung jawab menjadi sangat penting.
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) menyadari upaya masyarakat tersebut perlu mendapatkan perhatian dan apresiasi. Oleh karena itu, sejak tahun 2000, KEHATI secara rutin memberikan penghargaan kepada individu atau kelompok yang memberikan inspirasi bagi Indonesia dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.
Penghargaan bernama KEHATI Award itu diberikan kepada individu atau lembaga swadaya masyarakat, pegawai negeri sipil, peneliti atau akademisi, perusahaan peduli lingkungan, budayawan atau media, serta generasi muda.
Adeline Suwana (19 tahun) mengaku semakin termotivasi setelah meraih salah satu penghargaan KEHATI Award pada tahun 2009 lalu. Pemenang pertama pada kategori anak-anak muda atau Tunas Lestari KEHATI itu mengaku kian bersemangat untuk terus aktif dan berkarya demi pelestarian lingkungan di Indonesia.
"Penghargaan ini membuat saya lebih termotivasi, apalagi penghargaan KEHATI Award memiliki reputasi sangat tinggi serta mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang telah saya lakukan," ujar pendiri Klub Sahabat Alam ini beberapa waktu lalu.
Adeline meraih penghargaan KEHATI Award VI berkat kontribusinya membuat konservasi mangrove serta program kampanye lingkungan untuk anak-anak melalui Sahabat Alam. Setelah memperoleh KEHATI Award, remaja yang kini kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu kemudian membuat berbagai prestasi lainnya di antaranya penghargaan ASEAN Champions of Biodervisity 2014 dan the International Diana Award dari Pemerintah Inggris.
Sementara itu, bagi Ocky Karna Radjasa, seorang peneliti asal Semarang, meraih penghargaan KEHATI Award adalah sebuah berkah. "Mendapatkan KEHATI Award adalah sebuah titik balik yang berkembang menjadi luar biasa. Saya menerima banyak kerja sama, menjadi pembicara serta diminta menjadi dosen tamu, sampai menjadi pembimbing," ujar lulusan S3 dari University of Tokyo itu.
Ocky memenangkan penghargaan KEHATI Award 2006 untuk kategori Cipta Lestari KEHATI berkat karyanya yakni metode baru pemanfaatan terumbu karang tropis untuk obat antibiotik dan antikanker. Saat ini ia masih sering melakukan penelitian bersama para mahasiswa S2 dan S3 di IPB, Universitas Atmajaya, Undip, UKSW, serta UGM.
KEHATI Award pertama kali digagas pada pertengahan tahun 1999. Hasilnya, lahirlah KEHATI Award I pada 24 November 1999 yang mana acara penganugerahannya dilakukan pada Januari 2000.
"Penghargaan ini memiliki tujuan penting untuk menumbuhkan dan mendorong minat seluruh komponen bangsa untuk lebih peduli dan mengambil peran dalam pelestarian keanekaragaman hayati," ujar Direktur Eksekutif KEHATI, MS Sembiring.
Landasan pemberian penghargaan itu adalah sebuah pemahaman tentang pentingnya keanekaragaman hayati bagi umat manusia. "Hilangnya keanekaragaman hayati, bukan hanya hilangnya plasma nutfah, punahnya spesies dan rusaknya keseimbangan ekosistem, lebih dari itu adalah hilangnya masa depan," ujar Sembiring.
Sembiring memaparkan, tujuan KEHATI Award adalah untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya keanekaragaman hayati, pelestarian dan pemanfaatannya secara bijak dan berkelanjutan, serta pembagian manfaatnya yang berlandaskan keadilan. Tidak hanya itu saja, lanjut dia, penghargaan ini juga dilakukan untuk menumbuhkan dan mendorong minat seluruh komponen bangsa Indonesia untuk lebih mempedulikan, mencintai dan mengambil peran dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.
"Selain itu, tujuan ajang apresiasi ini adalah untuk memacu semangat dan memberi penghargaan kepada mereka yang telah aktif dalam berbagai kegiatan yang menunjang pelestarian dan atau pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan di bumi Indonesia," katanya menambahkan.
Kelompok Orang Rimba di bawah pimpinan Tumenggung Tarib menjadi peraih KEHATI Award perdana pada tahun 2000 silam. Kelompok yang berasal dari Suku Kubu tersebut diberi penghargaan atas usahanya melakukan penyelamatan Hutan Alam dan keanekaragaman hayati Kawasan Hutan Cagar Biosfir Bukit Dua Belas, Sungai Pokok Aji, Desa Pematang Kabau, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarko, Provinsi Jambi.
Terakhir, penghargaan KEHATI Award VIII diberikan pada 28 Januari 2015 lalu di Gedung Usmar Ismail, Jakarta. Sejumlah pahlawan lingkungan yang memenangkan penghargaan tersebut di antaranya adalah Azzil Anwar yang merehabilitasi mangrove di desanya di Majene Sulawesi Barat, Ir Januminro dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang membuat model pengelolaan hutan gambut berbasis hak milik, Agustinus Sasundu dari Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, yang memanfaatkan bambu untuk alat musik tradisional, serta PT Garuda Indonesia yang selalu konsisten dalam pelestarian lingkungan melalui program-program CSR-nya.
"Ajang penghargaan seperti KEHATI Award diharapkan mampu memberikan contoh nyata bagi masyarakat bahwa sebuah upaya perbaikan lingkungan mampu dilakukan di berbagai tempat di Indonesia ini," ujar Emil Salim, tokoh lingkungan yang juga pembina Yayasan KEHATI. Ia berharap para pemenang dapat menjadi inspirasi serta agen-agen perubahan yang dapat memberikan harapan positif bagi pelesarian keanekaragaman hayati.
Semoga saja, KEHATI Award bisa menginspirasi munculnya pahlawan-pahlawan lingkungan baru di tengah-tengah masyarakat kita. Harapannya, di masa depan kekayaan keanekaragaman hayati negara ini bisa tetap terjaga.