REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengakui kelangkaan gas elpiji bersubsidi di masyarakat disebabkan beberapa faktor salah satunya karena banyak yang beralih menggunakan gas 3 kilogram (kg).
"Laporan yang saya terima kelangkaan gas 3 kg karena banyak tabung yang menganggur di masyarakat, digunakan oleh restoran dan hotel sehingga distribusi menjadi terganggu," katanya usai melakukan sidak ketersediaan beras di Pasar Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/2).
Dia mengatakan, banyak rumah tangga yang beralih menggunakan tabung gas bersubsidi 3 kg karena harganya yang lebih murah dibanding gas non subsidi 12 kg. "Kita minta semua pihak terkait Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk menindak pengguna gas elpiji bersubsidi yang bukan semestinya. Agar pasokan kepada masyarakat lancar," katanya.
Faktor lainnya yang menyebabkan sulitnya masyarakat Kota Bogor mendapatkan gas elpiji 3 kg adalah karena adanya perayaan hari besar seperti Imlek dan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. "Jadi selain banyaknya yang beralih, juga adanya perayaan hari besar yang berdekatan seperti Imlek dan Maulud, sehingga jumlah kebutuhan meningkat," kata Bima.
Bima mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Hiswana Migas untuk melakukan penambahan pasokan gas elpiji 3 kg agar masyarakat tidak disulitkan untuk memasak. "Dan Hiswana Migas sudah mengajukan penambahan gas elpiji 3 kg untuk memenuhi kebutuhan di pekan ini," kata Bima.
Bima menambahkan pihaknya sudah menginstruksi jajarannya untuk menelusuri di lapangan supaya pasokan gas elpiji 3 kg lancar sampai di masyarakat. "Kita juga ingin Disperindag menindak tegas restoran dan hotel yang menggunakan gas elpiji bersubsidi dan harus diberi sanksi tegas," katanya.