REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap Perdana Menteri (PM) Australia, Tony Abbot terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) patut diwaspadai. Pakar Hubungan Internasional UI, Hikmahanto Juwana mengatakan, terlihat keinginan Abbott membenturkan Jokowi dengan masyarakat Indonesia.
Dikatakan Hikmahanto, ungkapan Abbott soal komunikasi teranyarnya dengan Jokowi mengarah pada sikap mengadu domba. Menurut dia, Abbot mengumbarkan ke khalayak soal ucapan Jokowi soal posisi Indonesia jika tetap mengeksekusi warga negara Australia.
"Apa yang dilakukan oleh Tony Abbott patut kita sayangkan," kata dia, saat dihubungi, Kamis (26/2).
Menurut Hikmahanto, komunikasi antara pemimpin negara itu, tak semestinya mengumbar materi pembicaraan. Sebab, melihat ungkapan Abbot ada desakan agar Jokowi menganulir eksekusi mati kedua warga Australia itu mengingat hubungan bilateral kedua negara.
Desakan tersebut tentu diharapkan Australia agar masyarakat Indonesia marah dengan Jokowi. Sebab, selama ini, mayoritas masyarakat Indonesia, mendukung keputusan Jokowi soal eksekusi mati terpidana narkoba. Bahkan, desakan masyarakat menghendaki, agar Jokowi tak menunda-nunda hukuman mati tersebut.
Hikmahanto pun menyarankan, agar Jokowi tetap pada keputusannya yaitu meminta Kejaksaan Agung, agar segera me-ngeksekusi mati warga negara asing terpidana kasus narkotika. Sebab, dukungan masyarakat atas kebijakan Jokowi itu kuat didukung dan punya sandaran hukum yang jelas.
Selama ini, dikatakan dia, kemarahan masyarakat di Indonesia terhadap negara lain bukan lantaran eksekusi mati itu dilakukan karena warga negara asing itu adalah terkait narkoba. Namun, kemarahan masyarakat juga, soal pembelaan negara-negara lain yang dilakukan dengan pola-pola intervensi atas kedaulatan hukum di Indonesia.