REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kota Bekasi dalam penilaian pertama Adipura dalam aspek kebersihan dan keindahan kota menempati urutan ke-23 dari 25 Kota dan Kabupaten di Jawa Barat. Hal tersebut karena kesadaran masyarakat dalam hal kebersihan masih kurang dan pengelolaan sampah kota belum berjalan optimal.
Menanggapi hal tersebut, Walikota Bekasi, Rahmat Effendi mengatakan, sampah kota yang dihasilkan per hari sekitar 1.600 ton, untuk mengangkutnya tidak mudah, dibutuhkan area, infrastruktur dan kendaraan. "Memang baru seperti itu kemampuannya," ujar Rahmat kepada Republika, Rabu (25/2)
Rahmat mengaku, penanganannya sudah dilakukan. Pemkot Bekasi juga bekerja sama dengan DKI untuk menambah truk sampah. Selain itu Pemkot juga membangun bank sampah 3R (Redeuce, Reuse and Recycle). "Kedepannya tidak hanya infrastruktur yang terpenuhi dan menjadi baik, tapi juga perilaku masyarakatnya," kata Rahmat.
Dari pantauan Republika, terdapat tumpukan sampah dipinggir Kali Pintu Air, tepatnya di bawah jembatan Kali Pintu Air, disamping Jalan Pintu Air dekat Stasiun Kota Bekasi, Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara.
Medi Margawan (63), warga disekitar sana mengatakan, masyarakat membuang sampah ke pinggir kali karena tidak ada tempat sampah. Kedepannya, Ia dan warga lainnya berharap ada tempat untuk membuang sampah. "Saya dan warga yang lain memang suka membuang sampah di sana, karena tidak ada tempat lagi," ujar Medi.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Komisi C DPRD Kota Bekasi dari fraksi PDI Perjuangan, Enie Widhiastuti mengatakan, masyarakat harus memiliki semangat yang sama dalam menjaga kebersihan kota. Kemudian Dinas terkait yang bertanggung jawab pun harus lebih peka melihat kondisi di lapangan.
"Paku anggaran sudah ada, peralatan sudah ada, SOP tinggal dijalankan dengan baik, kalo tidak dijalankan sesuai SOP ya tidak berhasil," kata Enie.