REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Berdasarkan penilaian Adipura, kota Bekasi dinobatkan sebagai kota terkotor ketiga. Di kota Bekasi banyak tumpukan sampah di pinggir sungai dan di pinggir jalan.
Dari pantauan Republika, terdapat tumpukan sampah di pinggir Kali Pintu Air, tepatnya di bawah jembatan Kali Pintu Air dan di samping Jalan Pintu Air dekat Stasiun Kota Bekasi, Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara.
Salah satu warga Medi Margawan (63 tahun) mengatakan masyarakat membuang sampah ke pinggir kali karena tidak ada tempat sampah. Ke depannya, ia dan warga lainnya berharap ada tempat untuk membuang sampah.
"Saya dan warga yang lain memang suka membuang sampah di sana karena tidak ada tempat lagi," ujar Medi kepada Republika, Rabu (25/2)
Medi mengaku selama ia berjualan nasi di sekitar situ, truk pengangkut sampah tidak sampai ke tempatnya berjualan. Ditambah petugas kebersihan juga tidak ada.Dia mengaku kerap membuang sampah ke pinggir sungai, tapi sebagai bentuk tanggung jawabnya ia juga sering membakar sampah tersebut.
Pada pukul 11.30 di trotoar Jalan Baru, Kampung Crewet, Kelurahan Duren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur juga masih terdapat tumpukan sampah. Meski telah siang, tidak ada petugas atau mobil penganggkut sampah yang datang.
Menurut Kartono (35), warga Duren Jaya, masyarakat membuang sampah bukan pada tempatnya karena kurang tersediannya bak-bak sampah. Ia berharap dinas terkait agar menyediakan tempat pembuangan sampah agar Bekasi menjadi kota yang bersih.
Sekretaris Komisi C DPRD Kota Bekasi dari fraksi PDI Perjuangan Enie Widhiastuti mengatakan hal serupa. Ia mengaku kerap menjumpai tumpukan sampah di pinggir jalan, contohnya di bawah jembatan layang Patriot, Di Bekasi sampah kerap menumpuk setelah pukul 18.00 WIB hingga pagi.
Menurut Enie, perlu dibuat program darurat sampah dengan menyediakan bak penampungan sampah di setiap RW. Gunanya supaya warga tidak merasa harus berjalan jauh untuk membuang sampah pada tempatnya.