REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo masuk dalam 100 tim teratas yang lolos ke babak kedua kompetisi global tingkat mahasiswa ‘Fly Your Ideas’ yang diselenggarakan Airbus. Dua tim tersebut menyingkirkan lebih dari 400 tim dari berbagai universitas terkemuka dunia.
Airbus Executive Vice President Engineering Charles Champion mengatakan, Fly Your Ideas merupakan kompetisi mahasiswa dari berbagai penjuru dunia untuk memberikan solusi inovatif yang dapat menjawab satu dari enam tantangan dunia penerbangan saat ini. Ajang tersebut merupakan edisi keempat dari kompetisi yang diselenggarakan Airbus setiap dua tahun sekali bekerja sama dengan UNESCO.
Tim Rajawali asal Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta dan Tim Fly Green yang berbasis di Universitas Sebelas Maret, Solo menjadi dua di antara 100 tim teratas yang lolos ke Babak Dua dari total 518 proposal masuk. Evaluasi ketat tersebut dilakukan oleh lebih dari 50 pakar Airbus.
Ketua Tim Rajawali Hibran Maksum mengatakan, Tim Rajawali tengah mengembangkan sumber listrik alternatif bagi bandara. Dengan sumber listrik itu nantinya sebuah bandara dapat melayani hingga ribuan orang dan beroperasi hingga 24 jam sehari. Menuruntya, hal itu menjawab permasalahan biaya operasional listrik yang terus menanjak.
“Namun, dengan sistem yang disebut piezzoelectrics, kita dapat memanfaatkan para pengguna bandara ini sebagai sumber listrik alternatif dengan cara mengumpulkan arus listrik yang sebenarnya dihantarkan oleh manusia setiap kali kita melangkah,” kata mahasiswa teknik mesin UGM tersebut dalam siaran pers, Senin (23/2).
Dengan memanfaatkan sumber daya yang telah tersedia tersebut, kata Hibran, biaya penyediaan jasa transportasi udara dapat dikurangi lebih jauh lagi. Hal itu dinilai menjadi nilai lebih bagi industri penerbangan dengan tingkat pertumbuhan tinggi, seperti di Indonesia.
Charles Champion mengatakan, mengapresiasi keberagaman tim-tim yang masuk ke Babak Dua ajang tersebut. “Kami melihat sebuah generasi yang tak lagi berpikir dalam sekat-sekat, melainkan bercita-cita untuk dapat berkolaborasi melampaui batas-batas tradisional seperti gender, kebangsaan dan disiplin ilmu,” ujarnya.
Kedua tim asal Indonesia tersebut bersaing ketat dengan 413 mahasiswa lainnya dari 48 kebangsaan berbeda. Saat ini, masing-masing tim telah didampingi seorang mentor dan seorang pakar Airbus. Mereka akan membantu mengembangkan ide-ide serta membagikan gambaran mengenai tantangan-tantangan industri penerbangan di kehidupan nyata dalam waktu 100 hari. Selanjutnya, lima tim terbaik yang akan masuk ke babak final dan mempresentasikan ide-ide mereka dalam sebuah acara langsung di fasilitas Airbus pada bulan Mei 2015. Juara pertama nantinya akan mendapatkan hadiah senilai hampir Rp450 juta, sedangkan juara kedua akan mendapatkan hadiah sekitar Rp 220 juta.