REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Pelabuhan laut merupakan jalur transportasi yang paling rawan terjadinya penyelundupan narkoba. Hal ini diungkapkan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dalam kunjungan kerja ke Sampit, Senin (23/2).
"Kami ingin agar aparatur pemerintahan serta aparat keamanan tidak lengah dan benar-benar memberikan perhatian khusus sehingga pelabuhan maupun bandara tidak dijadikan sebagai jalur pengiriman narkoba," kata Khofifah.
Pihaknya mengaku merasa prihatin dengan kondisi saat ini karena para bandar narkoba dengan leluasa dan mudah merusak generasi muda, termasuk dengan "membeli" sejumlah orang di pintu masuk perbatasan Indonesia dengan negara lain.
Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan salah satu pintu gerbang perekonomian provinsi Kalteng, untuk itu keberadaan pelabuhan di daerah itu harus diberi perhatian khusus karena pelabuhan kerap dijadikan sarana pengiriman narkoba oleh para bandar narkoba.
"Saya sangat prihatin dengan makin maraknya peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia, sehingga Presiden meminta agar melakukan upaya rehabilitasi kepada para pengguna narkoba," katanya.
Khofifah juga memprediksi pengguna narkoba di Indonesia akan terus meningkat dan pada 2015 akan mencapai angka 4,5 juta orang. Pemerintah akan terus berupaya memberantas dan menanggulangi penggunaan dan peredaran narkoba di kalangan masyarakat.
"Masalah narkoba tidak bisa kita anggap remeh karena dampak dari penggunaan narkoba dapat menimbulkan gangguan fisikologis, bahkan bisa menimbulkan gangguan jiwa terhadap penggunanya," terangnya. Khofifah mengungkapkan untuk penanggulangan masalah narkoba, pemerintah telah menghabiskan anggaran sebesar Rp 50 triliun pada tahun 2014.