Senin 23 Feb 2015 15:51 WIB

NU: tak Perlu Berlebihan Tanggapi Pernyataan PM Australia

Rep: C02/ Red: Bayu Hermawan
  Seorang warga menuangkan koin dari celengannya dalam aksi Coin for Abbott di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta,, Ahad  (22/2).   (foto : ABC News)
Seorang warga menuangkan koin dari celengannya dalam aksi Coin for Abbott di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta,, Ahad (22/2). (foto : ABC News)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Marsudi Suhud sebut pengumpulan koin untuk Australia merupakan tindakan overaktif terhadap Australia.

Ia mengatakan sikap Indonesia tidak perlu berlebihan menanggapi Australia yang meminta balas budi atas bantuan tsunami 2004 di Aceh.  

Namun menurutnya, pemerintah Indonesia perlu menjelaskan apa  yang terjadi antara Indonesia dengan Australia dan beberapa negara lainnya yang tidak setuju dengan hukuman mati pengedar narkoba di Indonesia. Selain itu, masyarakat juga perlu tenang dan tidak berlebihan  menyikapi perkataan Perdana Menteri Australia tersebut. 

"Tidak perlu overaktif lah," kata  Sekjen PBNU Marsudi Suhud pada ROL, Senin (23/2).

Masudi melanjutkan,  selain menjelaskan ke bangsa Indonesia. Seharusnya, pemerintah Indonesia bisa menjelaskan hukuman mati tersebut ke negara-negara lainnya.  Sehingga  bisa menghindari retaknya hubungan antar negara.

Ia menegaskan hukman mati bagi pengedar narkoba di Indonesia sangat perlu. Karena hukuman tersebut bisa menghilangkan mudharat yang lebih besar jika pengedar dibiarkan berkeliaran. 

Seperti diketahui, aksi mengumpulkan koin untuk Australia terus dilakukan di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia. Pengumpulan koin tersebut sebagai bentuk sikap masyarakat tentang Australia yang mengungkit bantua tsunami 2004 di Aceh karena ingin membebaskan terpidana mati duo Bali Nine. 

Pedana Menteri Australia Tony Abbot mengatakan, Indonesia harus menghentikan hukuman mati pada duo Bali Nine. Dia menyarankan Indonesia harus membalas bantuan tsunami Aceh sebesar satu miliar dollar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement