REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Antrean pembeli gas elpiji ‘melon’ ukuran tiga kilogram sepanjang 25 meter terjadi di SPBU Ujungberung, Senin (23/2). Sudah sebulan terakhir, gas elpiji tiga kilogram memang mengalami kelangkaan di beberapa daerah Kota Bandung. Di antaranya, Ujungberung, Kiaracondong, dan Cikutra.
Hal tersebut berdampak pada aktivitas masyarakat, terutama para pedagang. Seperti Asep (42 tahun) penjual bubur di Panghegar, sudah dua hari tidak berjualan karena kehabisan gas. “Sudah keliling ke beberapa agen dan warung, tapi sudah habis. Bahkan ada yang sudah habis dari jam tujuh pagi,” ujar Asep.
Akhirnya, dia pun mendatangi depot gas di SPBU Ujungberung tersebut. Di sana antrean panjang sudah terjadi sejak pukul 09.00 WIB. Beberapa di antaranya berasal dari Kabupaten Bandung Timur, seperti Bayu (50 tahun).
Bayu dan keluarganya menggunakan satu tabung gas tiga kilogram selama seminggu untuk keperluan rumah tangga. Dia mengatakan, gas elpiji tiga kilogram sulit ditemukan di Cileunyi, sehingga ia harus mencari sampai ke Cibiru dan Ujungberung.
“Kalaupun ada, harga yang dijual eceran cukup tinggi, bisa sampai Rp 25 ribu per tabung,” kata Bayu. Sedangkan harga yang dijual di agen atau toko hanya Rp 17.000 per tabung. Karenanya, bila harga gas itu terus merangka naik dan langka, dirinya akan kembali beralih ke bahan bakar minyak (BBM) minyak tanah.
Bayu mengatkaan, pemerintah terlalu fokus dengan harga-harga, sedangkan jumlah barang tidak memenuhi kebutuhan masyarakat. “Ini yang harus menjadi perhatian,” katanya
Setelah hampir dua jam mengantre, petugas gas elpiji mengabarkan hanya bisa menjual satu tabung per orang. Kekecewaan warga pun terlontar dari ucapan protes mereka.
“Dari tadi dong, Pak bilangnya!,” ujar Sinta (30 tahun). Sinta sudah dua jam mengantre untuk membeli dua tabung gas elpiji tiga kilogram. Namun, nyatanya ia hanya bisa membeli satu tabung.
Sinta merupakan warga Ujungberung. Sebenarnya, di dekat rumah Sinta terdapat agen gas elpiji tiga kilogram. Namun, agen tersebut tidak mau menerima pelanggan lain. "Agen juga suka pilih-pilih orang. Kalau bukan pelanggan, dia enggak mau kasih," tutur Sinta.
Akhirnya, pukul 11.00 WIB antrean pun bubar karena stok gas sudah habis. Beberapa warga yang baru datang pun terpaksa pulang kembali dan mencari ke tempat lain. Salah satu warga Cisaranteun, Siti (32 tahun) yang baru datang mengendarai motor dan membawa dua tabung gas melon tersebut harus kembali mencari stok di tempat lain.
"Saya sudah hampir seminggu tidak punya gas di rumah," ujar Siti. Ia pun sudah berkeliling ke daerah sekitar Ujungberung, tapi hasilnya nihil.
Supervisor SPBU Ujungberung Komara mengatakan, memang ada perbedaan jumlah tabung gas di tiap daerah. Di SPBU-nya bahkan dijatah 230 tabung gas tiga kilogram. Sedangkan di pusat kota itu bisa 500-2.000 tabung.
Jumlah tersebut, menurut Komara sudah disesuaikan dengan jumlah penduduk dan kebutuhan tiap daerah. Pengiriman pun sudah dilakukan sesuai standar. "Bukannya kurang, tapi sudah sebulan terakhir memang jumlah pembeli gas di SPBU ini melonjak," ucapnya.
Selain itu, kenaikan harga gas 12 kilogram yang sekarang menjadi Rp 130 ribu juga menjadi faktor mengapa gas tiga kilogram mulai langka. "Orang-orang jadi beralih ke gas melon karena kalau dihitung-hitung memang lebih murah dibanding gas 12 kilogram," katanya.
Di SPBU Ujungberung, dikatakan Komara, pengiriman dilakukan dua hari sekali. Penjualan pun dimulai pukul 10.00 WIB. "Tapi warga sudah banyak yang antre sebelum toko dibuka," ujarnya.