REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Harga beras yang terus merangkak naik dalam dua pekan terakhir kembali dikeluhkan para ibu tumah tangga, di Kota Semarang, Jawa Tengah. Mereka menganggap kenaikan harga komoditas pokok, yang berkisar Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kilogram, cukup memberatkan.
“Kebutuhan hidup itu tak hanya beras, masih ada yang lain. Sementara 'uang belanja' sama sekali tidak naik,” jelas Santi (37), ibu rumah tangga warga Banyumanik, Ahad (22/2).
Ia bahkan menganggap, saat ini harga beras di pasaran tidak lagi naik. Namun sudah 'ganti' harga.
Karena kenaikan harga beras premium ini sudah tembus Rp 2.000 per kilogram. “Naik itu cuma Rp 200 atau Rp 500 per kilogram. Kalau sampai Rp 2.000 per kilogram ini sudah ganti harga,” tegasnya.
Hal ini diamini Indah Hastanti (31) warga Kalirejo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Ia mengaku selalu memenuhi kebutuhan beras untuk dua bulanan sekaligus.
Untuk beras jenis C4 kemasan 25 kilogram biasanya hanya merogoh duit Rp 140 ribu. "Sekarang saya harus membayar Rp 270 per karung isi 25 kilogram," tegasnya.
Kalau kenaikan harga beras ini tidak dikendalikan, masih kata Indah, masyarakat berpenghasilan pas- pasan akan semakin sulit dan bukan tidak mungkin bakal muncul gejolak.
Tak terkecuali dirinya yang selama ini mengandalkan pebghasilan sebagai buruh pabrik garmen. “Kasihan orang yang hanya kerja dengan upah minim, kalau harga beras seperri aejarang,” tambahnya.
Marsudi (39), pemilik toko beras di kawasan Banyumanik mengakui saat ini harga beras terus merangkak naik hingga kenaikan harganya tembus Rp 2.000 per kilogram.
Beras mentik wangi yang semula hanya dijual Rp 10.800 per kilogram, kini dijual dengan harga Rp 12.500 per kilogram.
Sementara beras jenis C4 yang semula hanya dijual Rp 9.500 per kilogram kini dijual Rp 11.000 per kilogram. “Kenaikan harga beras ini sudah tergolong tinggi,” tegasnya.