Sabtu 21 Feb 2015 20:06 WIB
Kisruh Lion Air

Lion Air Disorot Kurang Tanggap

Rep: c09/ Red: Damanhuri Zuhri
Sejumlah pekerja memasukkan tas para penumpang ke dalam bagasi pesawat Lion Air rute Yogyakarta - Jakarta di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, Rabu (29/2). Pemprov DIY mewacanakan pembangunan bandara baru untuk menggantikan Bandara Adi Sucipto di Kabupaten
Foto: Antara Foto
Sejumlah pekerja memasukkan tas para penumpang ke dalam bagasi pesawat Lion Air rute Yogyakarta - Jakarta di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, Rabu (29/2). Pemprov DIY mewacanakan pembangunan bandara baru untuk menggantikan Bandara Adi Sucipto di Kabupaten

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Maskapai penerbangan Lion Air kini tengah menjadi sorotan semua pihak akibat peristiwa keterlambatan penerbangan besar-besaran yang terjadi sejak Rabu (18/2) hingga Jumat (20/2). Lion Air juga dinilai kurang tanggap dalam menghadapi keluhan calon penumpangnya.

 

Pengamat penerbangan, Gerry Soejatman, mengatakan, peristiwa tersebut secara tidak langsung akan memberikan dampak kepada Lion Air. Ini akan menjadi cacatan masyarakat mengenai kenyamanan sebuah maskapai.

 

“Dalam satu titik, masyarakat akan menyadari ketidaknyamanan sebuah maskapai dan akan perlahan berpaling ke maskapai lain,” ujar Gerry, saat dihubungi Republika, Sabtu (21/2).

 

Ia mengemukakan, yang seharusnya dilakukan Lion Air adalah menjelaskan penyebab keterlambatan sejak awal, tidak perlu menunggu 24 jam. Kesalahan fatal yang dilakukan Lion Air adalah membiarkan calon penumpang menunggu tanpa informasi.

 

“Ketidakjelasan waktu pemberangkatan membuat penumpang terbengkalai dan tidak bisa memutuskan akan pulang atau menunggu, padahal penumpang punya hak untuk minta refund,” kata dia.

 

Menurutnya, perusahaan maskapai penerbangan sebaiknya tidak perlu memikirkan kerugian jika tidak ada penerbangan. Justru dengan adanya peristiwa seperti kemarin, maskapai akan semakin rugi.

 

“Sulitnya, kebanyakan pemilik maskapai itu bukan pebisnis melaikan pelaku penerbangan, jadi mereka tidak melihat dunia penerbangan sebagai bisnis tapi sebagai badan usaha transportasi,” ungkap Gerry.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement