REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai penerbangan Lion Air enggan memberitahukan kerugian yang dialami perusahaan lantaran insiden penundaan puluhan jadwal penerbangannya. Insiden yang menyebabkan ribuan orang terlambat terbang ini tentu memaksa Lion Air untuk menyediakan kompensasi baik dalam bentuk uang kompensasi Rp300 ribu, biaya refund, ataupun penyediaan snack dan penginapan bagi calon penumpang.
Meski Lion Air diduga mengalami kerugian yang cukup besar, Lion Air tetap tutup mulut. Direktur Umum Lion Air Edward Sirait menyatakan untuk etika bisnis, maka ia tidak akan membeberkan kerugian yang dialami Lion Air.
"Kalau kerugian puluhan miliar itu adalah risiko bisnis. Kami akan tetap terbang. Justru yang terbesar adalah kerugian terhadap konsumen," kata Edward kepada awak media, Jumat (20/2).
Meski mengaku kondisi finansial stabil dan mengatakan tidak masalah dengan kerugiannya, Lion Air tetap terpaksa harus meminjam uang talangan kepada PT Angkasa Pura II sebesar Rp4 miliar.
Peminjaman uang ini untuk dana refund bagi penumpang yang mengembalikan tiketnya. Namun, hingga Jumat sore hari ternyata dana yang terserap untuk refund baru sebesar Rp526 juta.
Kepala Humas Angkasa Pura II Ahmad Syahrir menjelaskan, penumpang yang melakukan refund baru sekitar 500 orang.
"Kita tadinya sediain sekitar Rp 4 triliun. Tapi ternyata yanh refund gak sebanyak yang kita bayangkan mungkin cuma 500 penumpang saja," ujarnya.