Jumat 20 Feb 2015 21:54 WIB
Lion Air Delay

Pasien RS Harapan Kita Itu Terpaksa Tidur di Bandara

Rep: sapto andika candra/ Red: Taufik Rachman
Para calon penumpang Lion Air menunggu untuk melakukan refund di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Jumat (20/2)..  (Republika/Rakmawaty La'lang)
Para calon penumpang Lion Air menunggu untuk melakukan refund di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Jumat (20/2).. (Republika/Rakmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Sunardi (45 tahun) hanya bisa terduduk di atas troli, berdampingan dengan tumpukan koper berisi pakaian. Di sampingnya duduk Suryaningsih (20 tahun) putri tunggalnya, yang juga hanya terduduk bosan, sambil merapikan selimut kecil yang menutup separuh tubuhnya.

Selasar Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta masih juga ramai. Sebagian penumpang yang datang dari entah kota mana, sebagian lagi calon penumpang yang mencoba memperjelas nasib: terlantar oleh Lion Air.

Mereka berdua menunggu Sang Ayah, yang belum juga usai mengantre untuk mengembalikan tiket mereka bertiga. Ayah Suryaningsih bergabung dengan antrean di depan konter tiket Lion Air yang mengular.

"Kami sejak jam 7 pagi di sini. Harusnya terbang jam 9 pagi. Tapi karena tak jelas sampai malam ini, kami kembalikan tiketnya," ujar Sunardi sang Ibu.

Sambil merapikan kerudung merah jambunya, Sunardi menceritakan kalau meraka sejatinya akan terbang ke Mataram, Lombok. Keperluan mereka di Jakarta untuk memeriksakan anaknya di RS Jantung Harapan Kita telah usai. "Enam hari anak saya kontrol di Harapan Kita. Makanya ini ingin cepat sampai biar Suryaningsih bisa cepat istirahat," ujarnya lagi.

Tapi apa daya. Mereka sendiri tidak tahu harus tidur di mana malam ini. Pilihan terakhir adalah tidur di bandara. Belum ada tawaran lebih baik lagi selain itu. Bahkan pihak Lion Air belum jelas menawarkan tempat tinggal. "Paling di bandara saja. Kalau boleh sih di gedung dalam. Kasihan anak saya kalau di luar dingin," kata Sunardi.

Suryaningsih sendiri adalah mahasiswi IKIP Mataram semester VI. Kondisi fisiknya membuat dia harus melakukan pemeriksaan rutin ke RS Jantung Harapan Kita di Jakarta. Dengan keterlambatan Lion Air ini, terpaksa dia harus melewatkan malam di bandara dengan ala tidur seadanya.

Suryaningsih hanya berpesan agar Lion Air lebih memperhatikan nasib penumpang. "Biar ga begini lagi," katanya lirih.

Sunardi, ibunya, merasa kecewa dengan pelayanan Lion Air sejak pagi. Dia mengaku tidak ada awak petugas Lion Air yang bersedia menjelaskan dengan baik duduk perkara keterlambatan penerbangan mereka.  "Namun dari pada marah marah, mending saya berdoa saja deh, besok bisa segera pulang," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement