REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Isu yang menyebutkan imbauan boikot Bali jika eksekusi mati dua terpidana narkoba asal Australia tetap dilakukan ternyata tak sepenuhnya didukung warga negara Australia. Sejumlah Facebookers Negeri Kangguru itu menilai tak pantas jika Bali menjadi sasaran kemarahan publik.
"Apakah kalian pernah pergi ke Amerika dan mereka di sana juga melaksanakan hukuman mati. Apakah kalian akan memboikot Amerika juga?" tulis pemilik akun bernama Stuart Johnson, dilansir dari Traveller, Selasa (17/2).
"Bagaimana dengan Amerika Serikat? Mereka mengeksekusi mati banyak orang setiap tahun. Apakah kalian juga akan memboikot perusahaan-perusahaan Amerika sebagai bentuk protes?" tulis Ruth Charlie asal Melbourne.
"Saya sudah lama berwisata ke Bali, sejak 1970-an. Saya tidak akan memboikot Bali. Orang-orang Bali sangat ramah. Mereka tidak harus dibuat menderita karena kebijakan pemerintah mereka. Masyarakat Hindu di Bali cinta damai," tulis Jann Burmester dari Richmond River.
"Mengapa memboikot negara yang menegakkan kedaulatan di wilayahnya sendiri? Tidak ada ambiguitas dalam sikap pemerintah Indonesia, juga negara lain atas kejahatan narkoba. Siapapun yang memilih untuk terlibat dalam kegiatan tersebut (perdagangan narkoba) sepenuhnya harus menyadari hukumannya. Para pemimpin Bali Nine semestinya menerima risiko karena mereka memilih bisnis mematikan ini," tulis Kisme Butte.