Selasa 17 Feb 2015 05:03 WIB

Gusti Randa: Usulan Pembatasan Film Impor Harus Berhati-Hati

Red: M Akbar
Wacana pembatasan film impor ditentang pengusaha bioskop, alasannya film Indonesia belum seluruhnya diproduksi dengan kualitas baik.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Wacana pembatasan film impor ditentang pengusaha bioskop, alasannya film Indonesia belum seluruhnya diproduksi dengan kualitas baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usulan pembatasan film impor mendapat penentangan. Aktor senior Gusti Randa menilai upaya untuk meningkatkan kualitas film nasional bukanlah dengan cara membatasi film impor ke negeri ini. 

''Jika tujuannya ingin meningkatkan kuantitas dan kualitas film nasional maka Indonesia tidak bisa melakukan pendekatan melalui pembatasan film impor. Seharusnya yang dilakukan bagaimana caranya meningkatkan kualitas karyanya sehingga pasar film Indonesia tidak hanya di dalam negeri saja tapi sampai ke mancanegara,'' kata Gusti di Jakarta, Senin (16/2).

Pernyataan dari Gusti ini sebagai respons terhadap usulan Kamar Dagang dan Indonesia (Kadin) Indonesia mengenai rencana pembatasan film impor. Menurut aktor yang pernah sukses membintangi sinetron Siti Nurbaya ini, pemerintah sepatutnya memberikan kemudahan bagi para sineas untuk menghasilkan karya berkualitas.

''Di dalamnya termasuk tidak mempersulit soal perizinan. Inilah yang sebenarnya menjadi kendala terbesar bagi orang film di negeri ini jika ingin memproduksi karya,'' ujarnya.  

Ia meminta agar semua pihak bisa lebih berhati-hati lagi terkait dengan usulan pembatasan film impor ini. Gusti memberikan contoh bagaimana pada dekade 1980-an Indonesia mengalami situasi embargo tekstil ke sejumlah negara karena pada saat itu Indonesia menolak film impor.

''Kalau dipikir, apa hubungan antara tekstil dan film? Tetapi karena ini masalah bisnis, begitulah jadinya,'' kata pria yang kini berprofesi sebagai advokat ini.

Gusti juga memberikan contoh terhadap industri perfilman Hong Kong dan India. Film-film yang diproduksi oleh kedua negara itu bisa tumbuh pesat karena mampu meraih pasar penonton dari luar negaranya. ''Film dari kedua negara tersebut berkembang pesat, bukan karena digemari di dalam negeri saja namun karena penontonnya sudah mendunia,'' tandasnya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement