Senin 16 Feb 2015 08:50 WIB

Balap Liar, Gadis Remaja Jadi Piala Bergilir

Rep: C94/ Red: Erik Purnama Putra
Aksi balap liar yang dilakukan remaja.
Foto: Antara
Aksi balap liar yang dilakukan remaja.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kepolisian Resor (Polres) Bogor mengelar razia rutin yang dilaksanakan setiap akhir pekan di sepanjang ruas Jalan Raya Pemda, Sabtu (14/2). Dalam operasi tersebut kepolisian berhasil menjaring ratusan motor.

Dari hasil oprasi itu, banyak warga yang berada di Kabupaten Bogor terpaksa meninggalkan kendaraannya lantaran tidak membawa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Dan, di antara pengendara ada sebagian yang menyeahkan Surat Izin Mengemudi (SIM) sebagai dokumen yang ditilang.

Bahkan di antara pengendara tidak sedikit yang memiliki SIM atau sudah pernah ditilang, Operasi rutin yang dilaksanakan hingga dini hari pukul 02.00 WIB, Ahad (15/2) itu berlangsung dengan lancar. Sebanyak 142 pengendara roda dua menjadi terdakwa pelanggar lalu lintas.

Kepala Bagian Operasional (Kabagops), Kompol Imon Ermawan mengatakan, razia rutin yang digelar setiap hari  sebagai bentuk menekan tindak kriminal pencuran kendaraan bermotor dengan kekerasan yang berada di wilayah Kabupaten Bogor. “Kita menggelar operasi di beberapa titik yang rawan dari aksi kriminal dan balapan liar,” katanya saat ditemui Republika.

Pengendara yang tertangkap tangan melanggar lalu lintas bermacam-macam. Di antaranya, Muhammad Ikal Wijaya (14 tahun) yang beralamatkan di Grand Depok City Blok N4 Nomor 17, membonceng kedua temannya Ester (14) dan Aldino (14) asal Kelurahan Sukaratu, Kecamatan Cipayung. 

Namun, pemilik kendaraan Aldino, hanya tertuduk lesu lantaran ia dan kawannya ikal tidak memiliki SIM dan STNK. “Iya Bang kalau gini binggung kita pulangnnya bagaimana,” ujar Aldi.

Selain tiga remaja itu, Dadi (28) warga kelurahan Cilebut Barat, terpakasa menjemput ponakannya Gita (18), ponakan Dadi yang memiliki bertato di pundaknya itu terkenal kasus serupa. Gita yang tengah mabuk dipulangkan begitu saja oleh pihak kepolisian.

Usai razia, seorang warga mendatangi Polres Bogor untuk melaporkan kejadian yang meresahkan warga di Jalan Keradenan. “Di sana sedang terjadi aksi balap liar,” tunjuknya.

Pria yang mengenakan gamis itu langsung mendapat respon dari kepolisian. Pasalnya, usai operasi digelar sejumlah anggota langsung berpencar menggunakan mobil ranger untuk menyiris lokasi-lokasi yang sering dijadikan arena barap liar.

Lokasi terpisah, waktu menunjukan Pukul 03.00 WIB dini hari, lampu mercury menerangi setiap sudut jalan sepanjang Jalan Raya Pemda, Kecamatan Cibinong hingga Jalan Raya Tegar Beriman, Kecamatan Bojong Gede. Udara yang cukup dingin tidak jadi penghalang bagi para pembalap ilegal mencari sudut-sudut jalan yang kosong. Mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk lokasi arena balap atau trak.

Pagi itu, kendaraan yang melintas tiba-tiba dihentikan oleh para joki. Terlihat beberapa mobil yang melintas dan sebuah truk besar terpaksa menghentikan laju kendaraannya. Puluhan orang memadati garis start di ujung Jalan Raya Tega Beriman. Suara deru geberan motor menandai lapak Balap liar akan segera dimulai. Penonton yang datang sangat ramai.

Mulai dari anak-anak usia belasan tahun bahkan dibawahnya terihat asik menonton adekan membahayakan itu. Kebanyakan dari para pembalap tidak memasang Plat Nomor kendaraannya, hal itu untuk mempersulit petugas bila terpergok patroli keliling.  

Joki motor dengan Nomor B6173 ZAV bersanding dengan lawannya F 3766 HV. Sang wasit berada di tengah keduannya dengan posisi Jongkong. Ketika ia mulai berdiri keduannya langsung tancap gas. Keduannya mengawali kecepatan dengan menaikkan kendaraannya.

Setelah kedua pengendara tersebut sudah tak terdengar lagi suarannya, kini giliran motor lainnya. Namun, kali ini tidak dua motor, melaikan lima motor sekaligus. Mereka mengambil posisi.  “Jam segini mah udah aman, enggak ada patroli,” ujar Abdul (18). Ia menyebut para joki berasal dari berbagai wilayah di Bogor, Depok, dan Jakarta. “Selain di sini, biayannya joki sini ke Taman Mini,” katanya.

Republika mencoba menghampiri seorang Joki, Reza (17). Dia ditemani seorang gadis remaja bernama Sita Devita (17), gadis yang akrab disapa Cita itu diakui oleh para jokoki sebagai gadis remaja yang kerap disewa untuk berbuat asusila atau sebutan tren di antara mereka cabe-cabean.

Dikalangan Joki yang mayorintas remaja itu, gadis itu kerap dijadikan bahan taruhan. “Biasannya bayaran Rp 200 ribu  sampai Rp 500 ribu tergantung orangnya,”ungkap salah satu joki yang meminta namanya dirahasiakan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement