REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --Palang merah Indonesia (PMI) kabupaten Bandung, dituntut untuk meningkatkan kualitas kader maupun relawan mereka.
Sebab, kabupaten Bandung merupakan daerah peringkat ke 4 dengan potensi ancaman bencana di Indonesia. Sehingga membutuhkan tenaga medis yang cukup banyak dan berkualitas.
"PMI selama ini sudah sukses dengan BPBD menanggulangi bencana. Namun. Mereka masih perlu memikirkan bagaimana memperkuat kader dan relawan," kata Bupati Bandung, Dadang M Naser, usai melakukan penutupan bulan dan PMI, Soreang, Kabupaten Bandung, Selasa (10/2).
Dadang mengatakan, PMI harus mampu bekerja untuk menghadapi bencana. Bukan hanya sekadar melaksanakan kegiatan donor darah. Sehingga manfaatnya lebih dirasakan secara luas oleh masyarakat.
"Ini ada ilmunya, bukan hanya donor darah. Tapi kegiatan-kegiatan seperti kecelakan dan penanganan bencana harus dipahami juga," ujarnya.
Dikatakan Dadang, sejumlah rumah sakit di wilayahnya sudah cukup bagus. Seperti, kata dia, rumah sakit saat ini telah memiliki alat penanganan dan penyimpanan trombosit. Walaupun, diakui pihaknya masih perlu banyak belajar, demi meningkatkan kemampuannya.
"Kita masih harus belajar kepada negara lain, seperti jepang. Sebab, mereka sudah maju dalam hal menghadapi kebencanaan," jelasnya.
Meskipun demikian, Dadang menuturkan, masih perlu peningkatan anggaran dalam meningkatkan kualitas PMI sendiri. Sebab, anggaran yang ada saat ini belum sesuai dengan target anggaran.
"Makanya dana harus kuat. Sekarang anggaran masih dibawah RP 1 miliar, dari target RP 4 miliar," katanya.
Hal tersebut bisa diwujudkan juga dari partisipasi masyarakat. Di antaranya, satu orang dapat menyumbang RP 2 ribu, sedangkan penduduk kabupaten bandung sendiri ada 3,4 juta jiwa.
"Bayangkan berapa dana yang bisa dihimpun. Oleh karena itu, hasil dana PMI harus transparan penggunaannya. Mana yang mesti ditolong," ujarnya.