Senin 09 Feb 2015 18:05 WIB

Mungkinkah Perusahaan ACL Hendropriyono Fiktif?

Hendropriyono
Foto: Antara/Regina Safri
Hendropriyono

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nama PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) mendadak menjadi buah bibir. Perusahaan yang digawangi mantan Kepala Badan Intelejen Nasional (BIN) AM Hendropriyono itu mencuat setelah dikabarkan menyepakati nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan otomotif Malaysia Proton Holding Berhard pada Jumat (6/2) pekan lalu.

Sejumlah pelaku industri otomotif tidak menampik masih asing dengan nama Adiperkasa Citra Lestari. Bahkan ada selentingan tudingan miring beredar kalau perusahaan tersebut adalah fiktif. Terkait tuduhan tersebut, Menteri Perindustrian Saleh Husin pun menanggapi.

Menurut Saleh, PT Adiperkasa Citra Lestari sulit dikatakan sebagai perusahaan fiktif. "Tidak mungkinlah itu (fiktif), tidak mungkin seorang Perdana Menteri Malaysia, kalau tidak mengenal kekuatan ekonomi si pelaku usaha ya tidak mungkin mereka mau bekerja sama," ujar dia di Jakarta, Senin (9/2).

Terkait keanggotaan Adiperkasa Citra Lestari yang belum dikenal sebagai anggota Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Menperin mengatakan hal tersebut karena perusahaan milik mantan Kepala Badan Intelejen Nasional (BIN) AM Hendropriyono tersebut baru akan berinvestasi.

"Kan mereka baru mau investasi, penjajakan usaha, ya tentu belum daftar diri sebagai anggota Gaikindo, karena mereka baru mau usaha. Kita 'positif thinking' saja," ujar Menperin.

Diketahui, penandatanganan kedua perusahaan beda negara tersebut untuk membuat feasibility study bisnis selama enam bulan ke depan untuk investasi bidang industri otomotif di Indonesia. Menperin mengatakan, apabila investasi tersebut masuk ke Indonesia, maka fasilitas fiskal yang diberikan akan diberlakukan sama dengan industri otomotif yang telah beroperasi di Indonesia.

Menurutnya, dalam menarik investasi ke dalam negeri, setiap negara berlomba-lomba memberikan rangsangan insentif, sehingga para investor berkeinginan menanamkan investasinya.

"Kita harus terbuka dalam memberikan rangsangan insentif. Kalau tidak ya orang tidak mau, karena mereka akan membandingkannya dengan negara lain. Kita doakan mudah-mudahan dalam melakukan feasibility study-nya nanti, betul-betul feasible dan akhirnya bisa berinvestasi di ndonesia, kan lapangan kerja bisa terbuka," kata Menperin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement