Jumat 06 Feb 2015 21:22 WIB

Atasi Kemacetan, Pemprov DKI Harus Berani Investasi Transportasi

 Ratusan kendaraan terjebak kemacetan usai hujan deras di Jalan Otista, Jakarta Timur, Selasa (13/1).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Ratusan kendaraan terjebak kemacetan usai hujan deras di Jalan Otista, Jakarta Timur, Selasa (13/1). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diminta berani berinvestasi di sektor sarana transportasi dalam jumlah besar. Tujuannya untuk menyelesaikan masalah kemacetan yang terjadi di Ibu Kota.

"Jakarta harus berani untuk berinvestasi secara besar-besaran pada moda transportasi untuk mengurangi tingkat kemacetan di ibu kota," kata Pengamat perkotaan dan transportasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Danang Parikesit, Jakarta, Jumat (6/2).

Danang menegaskan, penanaman investasi secara besar demi mempercepat pembangunan sarana transportasi yang sedang dilakukan harus sesegera mungkin dilakukan karena kondisi Jakarta saat ini. Menurutnya, kendaraan yang berjalan di jalanan Jakarta hanya memiliki kecepatan 20 kilometer per jam dan pada waktu tertentu bisa 10 atau tidak bergerak sama sekali.

"Karena itu penanaman investasi yang besar pada transportasi sangat dibutuhkan untuk mempercepat berbagai proyek yang banyak tertunda seperti MRT dan Mono Rail. Namun juga harus dalam pengawasan ketat dan transparan," katanya.

Proyek MRT dan Mono Rail ini jika sudah rampung diprediksi dapat menjadi solusi jitu bagi kemacetan Jakarta. Namun selain megaproyek berbasis rel tersebut, ada hal lainnya yang harus juga diperhatikan seperti revitalisasi transportasi yang ada dengan penataan trayek angkutan.

"Harus ditata, karena saat ini jika ingin ke satu tempat, masyarakat harus beberapa kali mengganti tujuannya," ujarnya.

Danang juga mengatakan, investasi besar yang dikeluarkan oleh Pemprov DKI akan sepadan dengan kerugian yang diderita ibu kota dan isinya yang ditimbulkan akibat kemacetan. "Selama ini seperti pengiriman yang lebih lama karena waktu tempuhnya bertambah, lingkungan yang rusak akibat polusi serta biaya kesehatan masyarakat yang terus meningkat," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement