Jumat 14 Jan 2022 14:06 WIB

Jadi Kota Termacet Kelima, Kapolresta Bogor Evaluasi Penambahan Ruas Jalan

Volume kendaraan di Kota Bogor selalu meningkat pada akhir pekan.

Rep: shabrina zakaria/ Red: Hiru Muhammad
Polisi mengatur lalu lintas saat Operasi Zebra Lodaya 2021 di Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (15/11). Satlantas Polresta Bogor Kota melaksanakan Operasi Zebra Lodaya 2021 mulai Senin (15/11) hingga Ahad (28/11), dengan menekankan giat preventif dan sosial sehingga tidak akan melakukan penilangan. Republika/Putra M. Akbar (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Polisi mengatur lalu lintas saat Operasi Zebra Lodaya 2021 di Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (15/11). Satlantas Polresta Bogor Kota melaksanakan Operasi Zebra Lodaya 2021 mulai Senin (15/11) hingga Ahad (28/11), dengan menekankan giat preventif dan sosial sehingga tidak akan melakukan penilangan. Republika/Putra M. Akbar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Dari hasil penelitian Global Traffic Scorecard 2021, Kota Bogor menyandang predikat sebagai kota termacet kelima di Indonesia. Oleh karena itu, Polresta Bogor Kota akan melakukan evaluasi terkait ruas jalan.

Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, mengatakan evaluasi tersebut akan dilakukan bersama stakeholder di bidang transportasi. Termasuk bersama Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor.

Baca Juga

“Kita akan pelajari lagi, kita evaluasi, apakah ruas jalan yang ada sebanding dengan volume kendaraan. Nah apakah nanti perlu penambahan ruas jalan baru, atau ruas jalan arteri baru. Tentunya kita akan kaji bersama, agar bisa mendapatkan solusi kemacetan di Kota Bogor,” kata Susatyo kepada Republika, Jumat (14/1).

Susatyo mengungkapkan, sejauh ini volume kendaraan di Kota Bogor meningkat pada akhir pekan. Hal itu pun membuatnya terus melakukan rekayasa lalu lintas. Terutama di ruas Jalan Pajajaran dan Sistem Satu Arah (SSA) Kebun Raya Bogor.“Karena memang pusat Kota Bogor terutama pada ruas Jalan Pajajaran dan SSA ini kan menjadi rute utama di Kota Bogor,” tuturnya.

Dia berharap, di Kota Bogor ke depan akan ada ruas jalan lain yang bisa digunakan sebagai penghubung atau arteri. Dengan harapan jalan tersebut dapat menampung kendaraan di jalan protokol.

Tak hanya itu, menurut Susatyo, kemacetan di Kota Bogor dapat berkurang dengan membudayakan masyarakat agar terbiasa menggunakan transportasi umum. Seperti menggunakan angkutan kota (angkot), atau transportasi massal baru Biskita Transpakuan."Mudah-mudahan nanti Biskita Transpakuan bisa mengurai kemacetan ini,” imbuhnya.

Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, menuturkan hasil survei tersebut justru menunjukkan peningkatan penataan transportasi di Kota Bogor. Pasalnya, pada 2016, Kota Bogor pernah dinobatkan sebagai kota termacet di dunia versi Waze. “Tahun 2016 lalu Waze menyatakan Kota Bogor itu kota termacet di dunia. Nah kalau hari ini peringkatnya sudah ke-821 di dunia, lalu kelima di Indonesia setelah kota-kota besar, berarti ada hal yang baik. Itu pertama,” ujar Bima Arya.

Menurutnya, Kota Bogor sejauh ini terus berbenah melakukan penataan transportasi yang terintegrasi. Salah satunya dengan mereformasi angkutan kota menjadi bus yang ramah lingkungan dan nyaman. “Kedua, apapun itu sekarang kita berproses menuju transportasi yang ramah lingkungan, dan nyaman dengan melakukan reformasi angkutan kota,” katanya.

Lebih lanjut, Bima Arya mengatakan, saat ini Kota Bogor tak hanya fokus pada pengurangan angkutan umum. Namun juga membangun sistem transportasi terintegerasi sehingga mengurangi beban volume kendaraan di pusat kota.

Sehingga dia berharap ke depan Kota Bogor bisa menempati peringkat yang semakin baik terkait hasil survey kemacetan di Kota Bogor. Apalagi dengan target zero angkot di pusat kota pada 2024 mendatang. “Arah kita ke sana, kita berharap 2024 ini pusat kota sudah bebas angkot digantikan dengan angkutan terintegrasi yang nyaman dan aman,” kata dia.

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement