Jumat 06 Feb 2015 09:47 WIB

Pramuka Sudah tak Bisa Diajarkan Secara Tradisional

ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault
Foto: ROL/Fian Firatmaja
ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault mengatakan materi dan kegiatan kepramukaan sudah harus disesuaikan dengan zaman agar keberadaannya kembali dikenal masyarakat.

"Pramuka sudah tidak bisa diajarkan secara tradisional lagi, tentunya materi-materinya harus disesuaikan dengan keadaan maupun generasi yang ditemui saat ini," kata Adhyaksa, Kamis (5/2).

Ia menuturkan sejumlah inovasi materi, dapat diberlakukan pada isi Syarat Kecakapan Umum (SKU), yang kemudian diterapkan pada kegiatan Kursus Mahir Dasar (KMD) Pramuka dalam rangka memberikan bekal dan pengalaman kepada para anggota.

Selain itu, terdapat beberapa cara yang ia tawarkan, di antaranya melalui pembenahan sejumlah bumi perkemahan, menetapkan pramuka sebagai ekstrakurikuler yang wajib dijalankan oleh sekolah, dan menjadikan kegiatan pramuka dapat diterima di lingkungan sekolah.

"Selama ini, kita terjebak pada rutinitas tradisional, padahal kita dapat menggunakan outbond dan rafting yang juga berasal dari pramuka," ucapnya.

Terkait dengan hal tersebut, ia mengatakan pemerintah memiliki kewajiban untuk mendukung inovasi-inovasi yang akan menghidupkan kembali ekskul wajib di sejumlah sekolah ini. Selain itu, sejumlah aksi juga harus segera dilakukan, tidak hanya berupa rancangan.

Dukungan tersebut, menurut ia, patut dilakukan karena kegiatan pramuka memiliki sejumlah manfaat bagi kehidupan masyarakat, di antaranya mengembangkan kebiasaan menabung dan meningkatkan jiwa sosial masyarakat.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement