REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago mengatakan, sudah saatnya pemerintah berhenti memamerkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator keberhasilan pembangunan.
"Mari berhenti memamerkan IPM, karena ini hanya sebagian kecil dari indikator keberhasilan pembangunan, mari kita lengkapi ini dengan indikator lain," kata Andrinof saat memberikan kuliah umum di Universitas Hasanuddin Makassar, Sabtu (31/1).
Menurut Andrinof, selama ini indikator kemajuan atau keberhasilan pembangunan manusia hanya berdasarkan pada kemajuan kualitas fisik plus kemajuan pendidikan. Apa yang kurang dari situ, lanjutnya, adalah orang yang cerdas dan sehat fisiknya belum tentu berguna dan bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
"Orang-orang yang cerdas dan sehat fisiknya dari sisi kepribadian bisa saja individualis, egois, dan tidak peduli dengan kepentingan umum dan lingkungan," ujarnya
Hal ini, lanjutnya, terjadi karena ada dimensi lain yang membentuk pola perilaku, yang tidak terukur dalam indikator tersebut.
"Dimensi ini disebut sebagai mental atau karakter, dan karakter inilah yang menentukan kemajuan suatu bangsa, karena karakter inilah yang menentukan perilaku individu tersebut," tambahnya.
Artinya, kata dia, pembangunan manusia harus memperhatikan pembangunan karakter atau mentalitas untuk berperilaku yang produktif bagi orang lain.
Menurut Andrinof, kemajuan yang dinikmati oleh negara-negara maju saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan dan kesehatan masyarakatnya, tetapi juga oleh tingginya etos kerja masyarakat tersebut.
Karenanya, kata dia, kita perlu melakukan refleksi apakah hal-hal yang selama ini diklaim sebagai tanda-tanda keberhasilan pembangunan sudah mengarah kepada perbaikan kualitas hidup manusia dan masyarakat.