REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani, mengimbau sumber daya manusia (SDM) di Indonesia untuk semakin mempersiapkan diri menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku akhir Desember 2015. Pasalnya, SDM dari negara-negara luar di ASEAN mulai mempersiapkan diri memasuki pasar Indonesia.
"Berdasarkan informasi yang kami himpun, ada sekitar sembilan ribu penduduk Kamboja dan Myanmar yang mulai belajar berbahasa Indonesia untuk kepentingan pariwisata di negara ini," kata Rosan dijumpai di Denpasar, Kamis (29/1).
Rosan mencontohkan, lapangan kerja di sektor pariwisata di Indonesia terbuka lebar. Ia mewanti-wanti jika pramuwisata (tour guide) dari negara ASEAN lainnya akan secara mudah bekerja di Bali dan daerah wisata lain karena kemampuannya menguasai bahasa nasional.
"Tour guide asal Singapura misalnya. Dia bisa berbahasa Indonesia dan bekerja di Bali," kata Rosan.
Sebanyak 40 persen perekonomian ASEAN ada di Indonesia. Penduduk ASEAN totalnya 625 juta, dan 40 persen di antaranya ada di Indonesia. Itu berarti Indonesia mempunyai pasar yang sangat besar.
Di sektor pariwisata, kata Rosan, Indonesia memperoleh pendapatan hingga 9,4 miliar dolar AS dari sembilan juta wisatawan mancanegara (wisman). Indonesia masih tertinggal jauh dari Singapura dengan total 16 juta wisman dan perolehan 19,5 miliar dolar AS, serta Malaysia dengan total 26 juta wisman dan pendapatan 26 miliar dolar AS. Menariknya, Thailand yang mencatat kunjungan rata-rata 27 juta wisman per tahun bisa memperoleh 42 miliar dolar AS.
Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri dijumpai sebelumnya mengatakan pemerintah akan memberlakukan standar bahasa untuk tenaga kerja asing di Indonesia. Hal ini dalam rangka meningkatkan persaingan bebas yang sehat antara tenaga kerja lokal dan asing memasuki MEA 2015.