Kamis 29 Jan 2015 09:00 WIB

Bismillahirahmannirohim di Sekolah Proklamasi Diartikan Lain

Rep: C94/ Red: Erik Purnama Putra
Sekolah Proklamasi di Parung Bogor.
Foto: Blog
Sekolah Proklamasi di Parung Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- MUI Kota Bogor bersama Kanwil Kementerian Agama Kabupaten Bogor, FPI, dan Dinas Pendidikan membahas kelanjutan status Sekolah Proklamasi di Bogor, Rabu (28/1) sore WIB.

Presentasi diawali Kepala Sekolah Proklamasi Nurul Huda dengan menilai pemerintah mempersulit Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan operasional sekolah. Dia mengaku, sudah banyak mengeluakan uang. Nnamun, sejatinya ia tidak menerima pelayanan dengan baik.

"Berapa kali saya urus tapi hingga hari ini izin belum di dapat. Tidak ada keadilan di negeri ini yang katannya sudah merdeka," kata Nurul.

Soal akidah, Nurul membantah bahwa PAI yang diajarkan di sekolahnya merupakan paham ajaran sesat. Meskipun sebelumnya, MUI Kabupaten Bogor mengeluarkan hasil kajian yang menyebutkan ajaran dan diktat yang diajarkan di sekolah itu merupakan paham Isa Bugis yang pernah difatwakan MUI tahun 1966 adalah paham sesat.

"Siapa yang bilang pemahaman kami sesat? saya rasa semua media menghujat kami habis-habisan. Di sini kami akan melakukan pembelaan atas kebenaran yang kami yakini," ujar Nurul.

Selain Nurul, seorang guru pengajar Pelajaran Agama Islam (PAI) Syahid menjelaskan, landasan dalam mengartikan Alquran. Menurut dia, Alwuran pelbagian Bahasa Arab bukan merupakan isi dari makna sesungguhnya bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia. "Jika umpamakan Alwuran itu gelas maka isinya adalah makna" katanya berfilosofi.

Dia mencontohkan, satu ayat, Bismillahir-rahmaanir-rahiim yang diartikan pihak Sekolah Proklamasi "Mudah-mudahan saya jadi pilihan ilmu Allah, Khair Lawan Syar, lagi memberi kepastian atas pilihan masing-masing".

KH Kherul Yunus mengatakan, Bismillahirahmanirohim memiliki arti 'Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyanyang' sehingga tidak bisa diartikan dengan nalar manusia. "Mereka (paham Isa Bugis) senantiasa menghilangkan sifat dan asma Allah dalam Asmaul Husna ditarik menjadi makna sosial dan budaya," ujarnya dalam catatan persentasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement