Kamis 29 Jan 2015 06:56 WIB

Greenpeace: APRIL Ancaman Bagi Lingkungan Hidup Indonesia

Lahan gambut, ilustrasi
Lahan gambut, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Satu tahun sejak pengumuman kebijakan barunya tentang perlindungan hutan, lembaga lingkungan hidup Greenpeace menilai perusahaan Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) menjadi ancaman terbesar bagi hutan hujan Indonesia.

“APRIL sengaja memperpanjang praktik mereka untuk merusak hutan dan gambut. Tetapi upaya pencitraan hijau itu telah gagal, bahkan konsultannya sendiri mengekspos lambatnya kemajuan dan pengingkaran janji,” kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Zulfahmi, Kamis (29/1).

Kebijakan APRIL untuk tetap melakukan pembukaan hutan, ujarnya, dilakukan demi  keberlangsungan pasokan pabriknya yang  akan terus berlanjut hingga tahun 2020.

Rencana Pengelolaan Hutan Berkelanjutan yang diluncurkan oleh APRIL pada 28 Januari 2014 kemarin,  mencakup komitmen untuk hanya membuka hutan yang tidak bernilai konservasi tinggi (High Conservation Value - HCV).

Namun pada Desember 2014, laporan dari KPMG sebagaimana yang diminta oleh Stakeholder Advisory Committee APRIL sendiri, menemukan bahwa tidak satu pun dari 50 konsesi yang memasok serat kayu untuk APRIL mematuhi kebijakan baru tersebut.

Pada kenyataannya, investigasi yang dilakukan oleh Greenpeace dan LSM lainnya di Indonesia membenarkan temuan KPMG, yang memperlihatkan terjadinya pembukaan hutan yang sangat luas dalam rantai pasok APRIL  selama tahun 2014.

KPMG menemukan bahwa pada enam bulan pertama di 2014 saja, pabrik pulp APRIL di Pangkalan Kerinci, Sumatra telah memakai 1,3 juta meter kubik serat kayu dari hutan hujan.

Pada awal November, Greenpeace mendokumentasikan salah satu dari anak perusahaan APRIL sedang melakukan  pembukaan kawasan hutan gambut  dan membuat kanal yang membuat gambut menjadi rawan terbakar di Pulau Padang, Riau, Sumatra.

Padahal banyak hutan di konsesi ini merupakan gambut yang dalam. Gambut dalam dilindungi oleh Keputusan Presiden, dan pembukaan hutan di gambut dalam, melanggar regulasi kementerian kehutanan dan lingkungan hidup.

“Pada 27 November, Presiden Indonesia Joko Widodo menyaksikan kehancuran Pulau Padang dari udara. Sementara secara pribadi, beliau langsung membantu pembendungan kanal, dan berjanji untuk meninjau ulang dan membatalkan konsesi-konsesi perkebunan yang  merusak gambut,”ulas Zulfahmi.

Perusahaan lain, ujarnya, telah menyadari bahwa deforestasi harus dihentikan, namun APRIL serta kelompok perusahaan lain, yaitu Raja Garuda Mas sepertinya tetap meluluhlantakkan hutan hujan. Ia menyebut APRIL, Asia Symbol, Sateri dan Toba Pulp Lestari adalah ancaman terbesar yang dihadapi oleh hutan hujan Indonesia saat ini.

“Perusahaan yang membeli dari APRIL atau bank seperti Santander dan ABN Amro yang membiayai operasi APRIL, harus mengalihkan bisnis mereka di tempat lain jika mereka tidak ingin dikaitkan dengan penghancuran ini,” tegas juru kampanye Hutan Global, Greenpeace UK Richard George.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement