Senin 26 Jan 2015 18:17 WIB

Politikus PDIP: Jadi Presiden, Jokowi Masih Prematur

Rep: Dessy S Saputri/ Red: Erik Purnama Putra
Politikus PDIP Effendi Simbolon.
Foto: Republika/Wihdan
Politikus PDIP Effendi Simbolon.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Sumber Daya dan Dana PDIP Effendi Simbolon mengaku kecewa dengan kebijakan Presiden Jokowi. Effendy menyoroti kebijakan Presiden yang telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sejak memerintah negeri ini.

Menurut dia, kebijakan yang diambil Jokowi dengan menyerahkan harga BBM ke mekanisme pasar telah melanggar undang-undang. Gaya pemerintahan Jokowi dinilainya sering menabrak aturan sifatnya hanay reaktif.

"Ini kan gaya kepemimpinan yang tidak mengikuti sistem hanya mengikuti reaksi sesaat saja," ujar Effendi di Universitas Paramadina, Jakarta, Senin (26/1).

Sebelumnya, ia menilai Sekretaris Kabinet (Seskab) Andi Widjajanto sebagai seorang pengkhianat. Effendi menyebut, beberapa saran yang diberikan oleh Andi kepada Presiden Jokowi sering kali tak tepat dan tak memberikan jalan keluar.

Selain itu, Effendy juga menyebut Andi sebagai tokoh baru dalam politik yang kurang berpengalaman. "Itu pengkhianat, nggak tahu diri, anak baru kemarin tapi sudah sok atur republik ini," kata Effendy

Lanjut dia, saran Andi yang kurang berpengalaman dan tak tepat ini juga diperburuk dengan posisi Jokowi yang dinilainya terlalu cepat menjadi presiden. Bahkan, ia menyebut jabatan Jokowi sebagai Presiden masih prematur.

"Tapi presidennya juga prematur ya susah, yang ngatur anak kecil, yang diatur prematur ya susah, inkubator jadinya," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement