REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Gubernur Akademi Militer (Akmil) Magelang, Mayjen TNI Sumardi mengingatkan Indonesia diincar banyak negara, terutama negara maju seperti Amerika, Inggris, Rusia dan Malaysia. Mereka menginginkan sumber daya alam yang melimpah, khususnya minyak dan gas (Migas).
Sumardi mengemukakan hal itu pada Kuliah Umum Wawasan Kebangsaan dengan tema Proxy War di Auditorium Kampus 1 UM Magelang hari Rabu(21/1). Kuliah umum diikuti sekitar 800 mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang.
Ia menjelaskan, Migas merupakan sumber energi yang menjadi latar belakang konflik di berbagai negara. Ia mencontohkan, Amerika menyerbu Irak karena ingin menguasai Migas, demikian pula dengan invansi negara Adidaya tersebut ke Nigeria dan Sudan.
Sumardi melanjutkan pertumbuhan penduduk dunia dalam enam tahun bertambah satu miliar. Saat ini jumlah penduduk dunia sudah lebih dari tujuh miliar, Tahun 2017 mendatang akan menjadi 8 miliar. Bertambahnya penduduk dunia, kata Sumardi, otomatis bidang energi, pangan, dan air menjadi semakin langka.
"Perang masa kini merupakan perang penguasaan di bidang energi. Sedang di masa yang akan datang selain bidang energi juga merambah ke bidang pangan dan air atau bio energi," kata pria yang pernah menjabat sebagai Danyon 123 Grup 1 Kopassus.
Ia mengatakan taktik berperang yang digunakan negara pengincar menggunakan cara menyerang secara tidak langsung. Mereka menggunakan pihak lain untuk berperang, yakni melalui demo, black campaign, serta bentuk agitasi lainnya.
"Inilah yang disebut proxy war, di mana perang model ini tidak terlihat mana teman mana lawan. Mereka menggunakan non state actor tetapi dikendalikan state atau negara tertentu," ujarnya.
Sumardi memaparkan bentuk proxy war yang terendus yakni demo buruh yang dilakukan pada tahun 2013. Sebanyak 19 perusahaan di Jabodetabek mengalami kebangkrutan akibat aksi buruh yang ditunggangi pihak ketiga.
Demikian pula dengan aksi demo yang ditujukan bagi 20 perusahaan kelapa sawit di Sumatera yang dimiliki pribumi. Salah satu LSM internasional di Australia menuding, ke-20 perusahaan kelapa sawit tersebut sebagai perusahaan yang menyumbang CO2 terbanyak di Sumatera.
Sumardi juga menceritakan bahwa beberapa waktu lalu Indonesia ditawari Vietnam untuk mengimpor beras dengan harga Rp. 4.000/kilogram. Padahal harga beras dalam negeri mencapai kisaran Rp 7.000 - 8.000/kg. Hal tersebut juga sebagai salah satu upaya untuk menghancurkan ketahanan pangan Indonesia.
Selain proxy war, pada acara yang dibuka Rektor dan diikuti jajaran pimpinan UM Magelang tersebut, Sumardi juga menyinggung tentang penyalahgunaan narkoba yang dapat menyebabkan lost generation.