REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- Cuaca buruk di Selat Karimata, Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Laut Jawa, mempersulit upaya tim SAR gabungan untuk mengangkat badan pesawat Air Asia QZ 8501. Bahkan penanda lokasi badan pesawat yang dipasang, hilang dihantam cuaca buruk.
''Hujan disertai angin, gelombang tinggi dan arus air yang kencang sebabkan banyaknya penanda (mooring buoy) di titik beradanya serpihan besar badan pesawat hilang sehingga tim SAR hanya melakukan side scan untuk memastikan apakah posisi bergeser atau tetap pada posisi semula,'' jelas Direktur Operasional Basarnas Marsekal Madya, SB Supriyadi di Posko Gabungan di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalteng, Rabu (21/1).
Supriyadi menjelaskan dari delapan morring buoy yang dipasang di titik lokasi keberadaan bagian besar badan pesawat kini hanya tersisa satu. Sementara tujuh mooring buoy lainnya hilang karena terbawa arus kencang, angin dan sebagainya.
Ia melanjutkan, sedangkan serpihan hidung pesawat yang ditemukan nelayan Pulau Sembilan, Kalimantan Selatan (Kalsel) merupakan tutup radar. Benda itu terbuat dari bahan plastik dengan berat hanya 10 Kg. "Jadi tutup radar itu menggambang dan hanyut terbawa arus cukup jauh, 200 mil dari titik lokasi keberadaan bagian besar badan pesawat,'' ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tidak akan melakukan investigasi terhadap serpihan tutup radar tersebut sehingga tidak jadi diambil dan dibawa ke gudang serpihan pesawat di pelabuhan Utar Kumai.
''Tutup radar hidung pesawat itu dibawa ke kantor Basarnas di Banjarmasin, Kalsel,'' katanya.