Sabtu 17 Jan 2015 00:10 WIB

'Jangan Sampai Istilah Presiden Boneka Kembali Populer di Masyarakat'

Rep: c01/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers didampingi Wapres Jusuf Kalla, Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno, Kapolri Jenderal Pol Sutarman, dan Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (16/1).(Antara/Setpres-Rusman)
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers didampingi Wapres Jusuf Kalla, Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno, Kapolri Jenderal Pol Sutarman, dan Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (16/1).(Antara/Setpres-Rusman)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Dilema terkait masalah pencalonan Budi Gunawan dapat menjadi pembuktian bagi kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, keputusan yang diambil Jokowi dapat membentuk asumsi terhadap kepemimpinannya.

"Jangan sampai asumsi 'presiden boneka' melambung lagi," jelas  Pakar ilmu politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro pada Republika Online, Jumat (16/1).

Zuhro melihat posisi Jokowi memang dilematis karena ia tak sendiri. Ada partai dan koalisi pendukung di belakangnya. Sehingga, dalam mengambil keputusan pastinya tidak akan seorang diri, akan ada tekanan.

Terlepas dari semua tekanan, sebagai orang nomor satu di Indonesia, Jokowi merupakan pihak yang sepenuhnya bertanggung jawab atas keputusan yang diambil. Satu hal yang perlu diperhatikan Jokowi ialah menjaga kepercayaan rakyat.

Menurut Zuhro, kepercayaan rakyat merupakah hal yang sangat mahal. Sekali seorang pemimpin kehilangan kepercayaan rakyatnya, maka akan sulit bagi pemimpin tersebut untuk meraih kembali kepercayaan itu, ibarat menegakkan benang yang basah.

Terkait figur Budi Gunawan sendiri, Zuhro melihatnya dengan simpel. Ia menyatakan orang yang baik dan tidak terstigma tidak mungkin tiba-tiba ditersangkakan. Menurut Zuhro, seseorang yang tak melakukan tindak pidana, tidak mungkin bisa menjadi tersangka begitu saja.

"Ini polisi loh. Masa menjadi tersangka (tapi) nggak ngapa-ngapain. Gampang saja rumusnya," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement