REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala DVI Polda Jatim Kombes Pol Budiyono menjelaskan, pengungkapan identitas korban ini bukan perkara mudah. Pasalnya kondisi jenazah semakin sulit dikenali.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) pun tak mau buru-buru merilis identitas korban. Pasalnya, pencocokan data-data perlu kejelian dan keakuratan data. Budiyono mengatakan seluruh proses identifikasi harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hukum.
"Data-data antara ante mortem dan post mortem harus cocok baru bisa diyakinkan identitasnya," kata dia di Mapolda Jatim, Jumat (16/1).
Budiyono mengungkapkan, timnya pun terus memperkaya data-data ante mortem dan post mortem. "Harus proaktif cari jejak DNA dari sikat gigi. Tim ante mortem juga datangi keluarga korban termasuk dokter gigi yang pernah rawat korban," ujarnya.
Hari ini satu jenazah atas nama Darmaji teridentifikasi berdasarkan data sekunder. Karena data-data post mortem sudah sulit. Sidik jari, gigi dan info lain di jenazah kurang menyakinkan.
Sebanyak 40 korban Air Asia QZ8501 sudah terindentifikasi. Masih ada delapan jenazah lagi di RS Bhayangkara Surabaya yang masih dalam proses identifikasi.