Jumat 16 Jan 2015 10:57 WIB

Cina Minta Perbanyak Fasilitas Berbahasa Cina di Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Bali
Foto: Wisata Bali
Bali

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Cina meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali untuk meningkatkan kerja sama di bidang pariwisata. Konsulat Jenderal Cina menyampaikan keinginannya supaya wisatawan-wisatawan Cina bisa mendapatkan promosi-promosi wisata di Bali dalam bahasa Mandarin.

Kementerian Pariwisata menargetkan angka dua juta wisatawan Cina ke Bali pada 2015. Pemerintah pun telah mendorong hal tersebut melalui kebijakan bebas visa untuk Cina. Kementerian BUMN melalui maskapai plat merah, Garuda Indonesia juga membuka penerbangan langsung Beijing-Denpasar Nonstop Service per 13 Januari lalu.

"Saya juga menjadwalkan kunjungan langsung ke Hainan dan Yunan terkait promosi pariwisata ini dan juga investasi," kata Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika di Denpasar, Jumat (16/1).

Terkait dengan investasi, Pastika menyampaikan Bali sedang menggenjot pembangunan di bidang infrastruktur di Bali Utara, Selatan, Timur, Barat, hingga Nusa Penida. Bali juga secara terbuka mau bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Negara Tirai Bambu yang ada di Indonesia untuk mengembangkankan investasinya di Bali.

Konsulat Jenderal Cina, Hu Yinquan menyatakan mereka siap membantu mempromosikan Bali kepada masyarakat Cina. Namun, pelaku pariwisata Bali berkenan memberi kemudahan bagi wisatawan kami melalui penyediaan brosur pariwisata dalam bahasa Mandarin.

"Konsulat Jenderal siap memfasilitasi para pelaku pariwisata yang ingin memperdalam bahasa Mandarin, termasuk siapa saja yang ingin belajar langsung ke Cina," kata Hu.

Bali merupakan destinasi pariwisata terbesar di Indonesia, sedangkan Cina memiliki outbond tourist terbesar di dunia. Bali telah memiliki tiga faktor pendukung, yaitu keindahan alam, fasilitas infrastruktur penunjang, dan fasilitas akses pariwisata.

Dijumpai terpisah, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, I Gusti Kompiang Aya mengatakan 70 persen wisatawan Cina yang datang ke Indonesia pasti menuju Bali. Menurutnya, pembenahan infrastruktur dan kemampuan pramuwisata berbahasa Mandarin menjadi fokus utama dalam menggaet lebih banyak wisatawan Cina.

"Jumlah anggota HPI Bali yang menguasai bahasa Mandarin saat ini masih 800 orang dari 5.625 orang anggota. Ini jelas belum cukup," ujarnya.

Kompiang berharap bantuan pemerintah untuk memberikan pelatihan khusus bahasa Mandarin untuk anggota HPI yang ada, termasuk yang baru dalam jangka waktu per tiga bulan atau per enam bulan. Selanjutnya, mereka bisa mendapatkan sertifikasi sehingga semakin memperkuat posisi pramuwisata Indonesia, terlebih memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah dimulai tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement