Kamis 15 Jan 2015 16:51 WIB

Bus Transjakarta Butut, Penumpang Frustrasi

Rep: Ratna Puspita/ Red: Erik Purnama Putra
Bus TransJakarta keluaran 2004 melintas di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Ahad (14/12).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Bus TransJakarta keluaran 2004 melintas di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Ahad (14/12).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bus Transjakarta sudah melayani warga Jakarta sebagai transportasi massal selama 11 tahun. Kendati demikian, bus Transjakarta justru semakin ditinggalkan penumpangnya.

Penumpang bus Transjakarta terus mengalami kenaikan sejak diluncurkan pada 2004 hingga 2011. Tahun pertama diluncurkan, penumpang bus Transjakarta hanya mencapai 15,9 juta orang. Pada akhir 2011, lebih dari 114 juta penumpang menggunakan moda transportasi tersebut.

Kendati demikian, jumlah penumpang mulai mengalami penurunan pada tahun berikutnya. Pada akhir tahun lalu, penumpang bus Transjakarta hanya tercatat 111 juta orang.

Menurut Nike (40 tahun) dari Komunitas Suara Transjakarta, persoalan utama bus Transjakarta, yaitu jarak kedatangan antarbus atau headway. Dia menuturkan, kondisi itu disebabkan tidak sterilnya jalur bus Transjakarta.

"Armada enggak ada karena terhambat jalur yang tidak steril," ujarnya di acara 'Refleksi 11 Tahun bus Transjakarta' di Jakarta, Kamis (15/1).

Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas sependapat jarak kedatangan bus masih terlalu lama. Dia pun mengaku pernah menunggu bus Transjakarta selama 40 menit di halte Gambir.

"Saya sampai kirim pesan pendek kepada Gubernur DKI dan Kepala Dinas Perhubungan. Saya bilang, saya frustasi dengan pelayanan bus Transjakarta," kata Darmaningtyas.

Jarak kedatangan yang terlalu lama ini karena tiga persoalan bus Transjakarta yang tidak kunjung terselesaikan hingga saat ini. Dharmaningtyas menyebutkan, tiga persoalan tersebut adalah keterbatasan armada, keterbatasan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), dan jalur yang tidak steril.

Deddy Herlambang dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) berpendapat jumlah moda yang terbatas diperparah dengan kondisi bus yang sangat buruk. Kondisi ini seperti di koridor VI jurusan Ragunan-Dukuh Atas.

"Busnya butut. Kok ada di Jakarta bus seperti ini, yang secara fisik mengerikan," katanya.

Direktur Operasional PT Jakarta Mega Trans Jun Tambunan mengakui penampilan fisik bus di koridor VI yang buruk. Kendati demikian, ada kendala aturan yang membuat operator tidak bisa melakukan peremajaan bus.

Jun menambahkan operator juga tidak bisa berbuat banyak terkait persoalan BBG. Termasuk ketika bus-bus melintas dalam keadaan kosong karena harus mengisi bahan bakar. "Pengisian BBG kewenangan bus Transjakarta. Kami hanya sediakan bus dan sopir," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement