REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Marsekal Madya FHB Soelistyo ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, untuk memantau proses evakuasi badan pesawat Air Asia QZ 8501.
Direktur Operasional Basarnas, S.B. Supriyadi mengatakan kedatangan Kabasarnas juga untuk memberikan semangat kepada tim SAR gabungan yang telah bekerja hingga hari ke-19.
Ia mengatakan, sebelumnya sejumlah tim penyelam gabungan mencoba mengestimasikan berat pesawat untuk proses pengangkatan dengan balon pengapung.
"Kalau harus diangkat mesin (pesawat) sudah tahu posisinya. Barangnya harus diestimasi beratnya,karena mungkin masih menempel di sayap, jadi beratnya harus diketahui supaya tahu alat apa yang dibutuhkan," jelasnya.
Ia mengatakan penyelam gabungan dari TNI AL, Mahakarya Geo Survey, Basarnas ikut melakukan estimasi badan pesawat.
"Syukur kalau bisa dapat korban dari sana. Karena mereka masih mengharapkan ada keluarga yang bisa terevakuasi, 70 persen keluarga masih mengharapkan, apa pun itu bentuknya, termasuk barang milik korban," katanya.
Sejauh ini, arus laut yang mencapai hingga lima knots membuat pencarian berjalan lambat. Penyelam dan alat remotely operated vehicle (ROV) kesulitan untuk melakukan identifikasi karena visibility yang buruk.
"Kita banyak hadapi kesulitan di lapangan untuk ROV dan penyelam. Mereka termasuk Geo Survey temukan objek dengan sonar, tapi untuk melihatnya (visualnya) susah, jadi harus sabar menunggu," ujarnya.
Kalkukasi berapa banyak balon pengapung yang harus disiapkan diperhitungan tim SAR, termasuk cara atau teknik khusus, katanya, agar semua terangkat dengan baik.
"Karena ekor pesawat yang sebelumnya diangkat ada bagian yang tidak terangkat karena berat 'engine' tidak diperhitungkan akhirnya turun dan membuat bagian depan ekor patah," katanya.
Hingga hari ke-19 pencarian AirAsia QZ8501, tim SAR berhasil menemukan dan mengevakuasi 50 jenazah dari perairan.