REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diakhir tahun 2014 PT PAM Lyonnase Jaya (Palyja) berhasil menurunkan tingkat kebocoran air atau yang secara teknis disebut non revenue water (NRW) menjadi 39,6 persen.
Penurunan ini memang tidak terlalu banyak jika dibandingkan dari tahun 2013. Namun ini meningkat hampir dua kali lipat jika dilihat dari pertama kali Palyja mengakuisisi dari PT PAM Jaya ditahun 1998, yakni 59,4 persen.
Wakil Presiden Direktur Palyja, Herawati Prasetyo, mengungkapkan penurunan tingkat NRW dilakukan melalui dua cara, secara fisik dan komersial.
Secara fisik Palyja ada tiga cara yang ditempuh Palyja. Yakni melakukan rehabilitasi jaringan pipa sebanyak 40 kilometer, investasi jaringan pipa dengan metode gas helium sebanyak 5.294 kilometer dan metode JD7 sebanyak 14 kilometer pipa premier serta terakhir perbaikan kebocoran pipa di 33.282 titik.
Sementara secara komersial Palyja telah menyelamatkan sekitar 3,7 juta meter kubik air bersih dari 1.572 kasus pemakaian ilegal dan 965 kasus sambungan ilegal.
"Palyja senantiasa melakukan peningkatan pelayanan kepada masyarakat Jakarta khususnya pada wilayah pelayanan Palyja agar kebutuhan air bersih bisa terpenuhi," kata Herawati.
Herawati menambahkan, hasil capaian ini dimanfaatkan sebagai alternatif sumber air baku baru. Jumlahnya tidak besar. Namun bisa dialihkan kepada pelanggan baru.
Herawati mengakui tingkat kebocoran air yang tinggi masih menjadi masalah dalam pemenuhan air bersih di Jakarta. Penurunan tingkat NRW juga tidak bisa dilakukan secara besar-besaran karena menurut Herawati dibutukan investasi yang cukup besar.
"Kebocoran air butuh investasi dan investasinya besar. Usia pipa kita sudah lama, kalau mau diganti semua butuh investasi yang besar karena mengganti pipa bukan hanya pipanya itu sendiri tapi menanamnya dibawah jalan raya," tambahnya.