REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Minimnya curah hujan pada awal musim penghujan akhir 2014 lalu, membuat penanaman padi di berbagai daerah di Kabupaten Indramayu mengalami keterlambatan musim tanam. Kondisi itu dikhawatirkan menyebabkan tanaman padi terendam banjir saat puncak musim hujan dan mengalami kemunduran tanam pada musim tanam gadu (kemarau).
Berdasarkan pantauan Republika, keterlambatan tanam di antaranya terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Balongan, Juntinyuat, Karangampel, Krangkeng, Losarang dan Kandanghaur. Di daerah-daerah itu, areal persawahan banyak yang masih berupa pengolahan lahan mapun persemaian.
"Sekitar 70 persen (lahan sawah di Kabupaten Indramayu) mengalami keterlambatan tanam pada musim tanam rendeng ini,’’ ujar Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, Rabu (7/1).
Data di Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, menyebutkan, target penanaman musim tanam rendeng 2014/2015 di Kabupaten Indramayu mencapai 128 ribu hektare. Sedangkan target produksi pada 2015 mencapai 1,88 juta ton.
Sutatang menjelaskan, musim tanam rendeng (penghujan) seharusnya sudah dimulai sejak November 2014. Namun, karena curah hujan pada November masih minim, maka para petani di sejumlah daerah baru memulai pengolahan tanah dan persemaian pada Desember 2014 – Januari 2015. Pasalnya, saat itu curah hujan sudah mulai meningkat.
Menurut Sutatang, meski pasokan air dari saluran irigasi sudah ada, namun para petani, terutama di sejumlah daerah yang jauh dari saluran irigasi, tetap membutuhkan dukungan air hujan. Apalagi, sepanjang musim kemarau lalu, areal sawah mereka sangat kering sehingga membutuhkan air yang banyak untuk bisa diolah. "Akhir Januari baru diperkirakan selesai masa tanam,’’ tutur Sutatang.
Sutatang mengatakan, keterlambatan dimulainya musim tanam itu dikhawatirkan membuat tanaman padi yang masih muda akan terendam banjir. Pasalnya, Januari – Februari diperkirakan merupakan puncak musim hujan.
Jika banjir terjadi, lanjut Sutatang, maka akan terjadi gagal tanam dan para petani harus melakukan penanaman ulang. Hal tersebut seperti yang terjadi saat bencana banjir pada Januari 2014 silam.
Sutatang menjelaskan, jika masa pengeringan dilakukan, maka pasokan air ke sawah-sawah akan terhenti. Akibatnya, tanaman padi akan terancam mati kekurangan air.
Terpisah, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi Kabupaten Majalengka memprakirakan puncak musim hujan di Wilayah Cirebon akan terjadi pada Januari - Februari 2015. Saat puncak musim hujan itu, curah hujan diatas 400 mm per bulan dan masuk kategori tinggi.