Selasa 06 Jan 2015 17:18 WIB

Menteri ESDM: Kalau Harga Minyak Naik, Penghapusan Subsidi Premium Ditinjau Ulang

Rep: satria kartika yudha/ Red: Esthi Maharani
Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sejumlah pengamat energi memperkirakan harga minyak dunia akan melonjak pada pertengahan tahun ini. Jika terjadi, ini akan menambah beban hidup masyarakat karena pemerintah telah menghapus subsidi untuk premium. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan, pemerintah sudah mempertimbangkan hal tersebut. Dia menyebut pemerintah telah memiliki asumsi terkait perkembangan harga minyak dunia di tahun ini. 

"Kebijakan kemarin (penghapusan subsidi) sudah ada dasarnya. Tapi, kalau asumsinya berubah, tentu kebijakan akan kami tinjau ulang," kata Sudirman di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Selasa (6/1). 

Seperti diketahui, pemerintah per 1 Januari 2015 resmi menghapus subsidi premium. Untungnya, kebijakan ini ditetapkan di tengah tren penurunan harga minyak dunia yang saat ini di bawah 60 dolar AS per barel.  Sehingga, harga premium turun menjadi Rp 7.600/liter dari sebelumnya Rp 8.600/liter. 

Namun, kebijakan ini bisa menjadi kado pahit buat rakyat apabila suatu saat harga minyak dunia melonjak. Dengan begitu, Otomatis harga premium akan lebih mahal karena pemerintah tidak lagi memberikan subsidi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement