Senin 05 Jan 2015 09:29 WIB

Harga LPG 12 Kilogram Naik, Industri Keramik Terancam Gulung Tikar

Industri keramik di Purbalingga.
Foto: Antara
Industri keramik di Purbalingga.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Industri keramik yang digeluti para perajin di wilayah Dinoyo, Kota Malang, Jawa Timur, sejak puluhan tahun silam, terancam bangkrut akibat naiknya harga elpiji untuk yang kedua kalinya dalam lima bulan terakhir ini.

Ketua Paguyuban Perajin Keramik Dinoyo Samsul Arifin, Senin (5/1), mengaku beberapa waktu lalu harga elpiji sudah naik yang mengakibatkan biaya produksi sudah membengkak, dan sekarang naik lagi sehingga kondisi industri keramik sekarang benar-benar diambang kebangkrutan alias gulung tikar.

"Kondisi industri keramik sekarang ini benar-benar terjepit, bahkan pada saat kenaikan harga elpiji September 2014, sudah ada beberapa perajin yang meninggalkan keramik dan beralih profesi menjadi perajin gips. Sekarang ada kenaikan harga elpiji lagi, mungkin yang beralih profesi akan bertambah lagi," ujar Samsul.

Dia mengemukakan untuk membuat keramik memerlukan pembakaran yang menggunakan elpiji, sedangkan gips tidak memerlukan pembakaran. Oleh karena itu, jika harga elpiji terus naik, perajin keramik akan terus merugi karena biaya produksi makin tinggi, bahkan biaya untuk membeli elpiji saja membengkak hingga Rp 1 juta per bulan.

"Kalau kondisi ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan industri keramik Dinoyo yang sudah dirintis sejak puluhan tahun silam akan gulung tikar, sebab kalau harga jual keramik dinaikkan pasti akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen," kata Samsul.

Sementara itu, harga elpiji ukuran 12 kilogram yang sebelumnya seharga Rp 116 ribu menjadi Rp 140 ribu per tabung. Kenaikan harga yang cukup drastis tersebut membuat permintaan komoditas tersebut menurun drastis, bahkan banyak pengguna elpiji 12 kilogram yang beralih ke tabung 3 kilogram.

Manajer Pemasaran PT Gading Mas Indah Maret Sri Kusnandar mengakui bahwa adanya penurunan permintaan dari konsumen yang cukup signifikan. Sebelum ada kenaikan harga, kata Maret Sri Kusnandar, pihaknya bisa menjual antara 400-500 tabung per hari, namun setelah ada kenaikan harga hanya sekitar 300 tabung per hari.

Maret mengaku beberapa pelanggan memilih setop dulu menggunakan elpiji 12 kilogram setelah tahu harganya naik, bahkan ada pelanggan yang ingin pindah dulu ke elpiji 3 kilogram. Kenaikan harga kali ini memang sangat terasa karena baru tiga bulan naik, sekarang sudah naik lagi.

"Kenaikan harga elpiji 12 kilogram saat ini mencapai Rp 18 ribu hingga Rp20 ribu per tabung. Kalau dari agen, sebelumnya hanya Rp 116 ribu, sekarang menjadi Rp 136 ribu, tetapi kalau di pengecer sudah seharga Rp140 ribu per tabung," ucapnya.

Salah seorang pengguna elpiji 12 kilogram di kawasan Dinoyo, Ariyani, mengaku dirinya terpaksa beralih ke LPG 3 kilogram karena harga elpiji 12 kilogram selangit.

"Lha, sekarang harga elpiji 3 kilogram hanya Rp16 ribu per tabung, sedangkan yang Rp12 kilogram mencapai Rp140 ribu per tabung, kalau dibelikan yang 3 kilogram sudah dapat berapa tabung, lebih dari dua kali lipat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement