REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Harga LPG di Kabupaten Sleman naik. Untuk uluran tiga kilogram bisa mencapai Rp 19 ribu, dari Rp 16 ribu. Sedangkan yang 12 Kg sampai di angka Rp 150 ribu, dari Rp 138 ribu. Harga tersebut ditemukan di Toko Pojok II, Sleman, Senin (6/4).
Hal serupa pun terjadi di toko milik Cahjo Latif (45), Mudal, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik. "Kita mengambil sendiri.
Sekarang harga yang 12 Kg, Rp 150 ribu dari awalnya Rp 142 ribu. Kalau diantar jadi Rp 152 ribu," tuturnya pada awak media. Namun di tempatnya, LPG ukuran tiga kilo gram tidak naik. Harganya masih sama seperti sebelumnya.
Karena itu, banyak orang yang beralih ke LPG tabung hijau. Termasuk kalangan menengah atas. Padahal LPG ukuran kecil tersebut diperuntukan bagi warga tidak mampu yang membutuhkan subsidi.
"Kalau ada yang mencari LPG tiga kiloan sambil naik mobil, kami tidak akan melayani. Ngakunya habis. Tapi kalau untuk pedagang, orang kampung akan saya kasih," kata Cahjo menceritakan kebijakan di toko ecerannya.
Dalam satu minggu, rata-rata ada 50 tabung LPG melon yang terjual di warungnya. Sedangkan yang 12 Kg sebanyak 12 tabung. "Tanggal satu April naik mendadak. Sudah tahu bensin naik, LPJ juga naik. Ya pelanggan pasti komentar. Kalau tidak ada uang, ya tidak jadi nyetok," ujar Cahjo.
Agen LPG, Mugiyono (40) pun mengakui hal tersebut. Menurutnya, kenaikan harga ini disebabkan oleh kebijakan penaikan harga dari pertamina. Ia kemudian menyampaikan bahwa kenaikan harga LPJ sebesar Rp 10 ribu masih wajar.
Ia pun mengatakan, tidak ada migrasi pembelian LPJ dari tabung biru ke tabung hijau di tokonya. "Kalau ada uang ya beli yang besar. Kalau tidak ada, ya beli yang kecil. Migrasi tidak banyak terjadi, dari pada kenaikan yang kemarin," ujar Mugiono.
Ia menilai LPG tabung besar justru tidak laku pada lebaran. Kareba pertamina lebih banyak menyetok tabung melon. Biasanya LPG tiga kilo gram sendiri menembus angka termurah pada bulan puasa. Tapi langsung naik setelah lebaran.