REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan SAR Nasional (Basarnas) menyatakan sejumlah peralatan akan ditambahkan ke kapal-kapal di area pencarian. Itu dilakukan untuk memaksimalkan pencarian yang berlomba dengan waktu.
"Black box dan korban merupakan prioritas pencarian," terang Kepala Basarnas Marsekal Madya FH Bambang Soelistyo dalam konferensi pers di kantor Basarnas, Ahad (4/1).
Untuk melakukan pencarian terhadap kotak hitam, Basarnas mengerahkan lima kapal dari dalam dan luar negeri. Dua kapal dalam negeri ialah kapal Baruna Jaya milik BPPT dan kapal Jaladaya yang diisi oleh tim KNKT. Dua lainnya merupakan kapal asal Singapura yaitu kapal RSS Swft dan kapal RSS Supreme. Kapal terakhir yang akan membantu pencarian kotak hitam ialah kapal bantuan dari Rusia.
Malam ini, kapal Baruna Jaya juga akan menambah peralatan. Peralatan tambahan tersebut ditransfer dari kapal Basarnas menuju kapal Baruna Jaya tepat di saat konferensi pers berlangsung. Selain itu, Rusia juga mengirimkan bantuan 2 alat atau sistem pencari kotak hitam ke KM Purworejo.
KM Jaladaya milik KNKT juga sudah dilengkapi dengan sistem serupa. Saat ini Basarnas juga sedang persiapkan tambahan bantuan dari Cina. Bantuanyang ditawarkan oleh Cina ialah satu buah kapal yang sudah dilengkapi dengan alat atau sistem untuk mencari kotak hitam.
Yang menjadi tantangan dari pencarian kotak hitam adalah lumpur di dasar laut. Soelistyo menyatakan lumpur tidak akan mempengaruhi sinyal yang terpancar olwh kotak hitam. Akan tetapi, ia memperkirakan kondisi lumpur akan mempersulit proses pengangkatan jika lokasi kotak hitam tersebut berhasil ditemukan.
"Sampai saat ini belum ada ping yang dipantulkan," ujar mantan deputi VII Kemenkopolhukam tersebut.