REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN — Ketua Organda Kabupaten Sleman, Juriyanto mengatakan, turunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium per 1 Januari tidak berpengaruh terhadap tarif angkutan. Menurut Juriyanto, penurunan BBM tidak signifikan.
Bagi Organda, kata Juriyanto, sulit untuk mendesak agar angkutan menurunkan tarif. “Operasional sekarang sangat tinggi,” ujar Juriyanto, saat dihubungi Republika, Ahad (4/1).
Ia menjelaskan, angkutan ada yang menggunakan solar ada juga yang premium. Meskipun untuk jenis premium mengalami penurunan, pihaknya juga tidak bisa meminta untuk menurunkan tarif. Ia menegaskan, angkutan saat ini masih banyak yang menombok biaya operasioal seperti oli dan biaya servis.
Karena itu, harga tarif angkutan tetap dengan keputusan semula yaitu dengan kenaikan Rp 1.000 pasca kenaikan BBM beberap bulan lalu. Namun, untuk pelajar kenaikan hanya sebesar Rp 500.
Adi, Sopir angkutan desa Prambanan-Jombor mengaku pendapatan harian hasil dari trayeknya belum menutupi biaya operasional. Karena itu, meskipun BBM jenis premium mengalami penurunan, tarif angkutan tetap tidak turun.
“Naiknya tidak signifikan, masih nombok,” katanya kepada Republika, di Terminal Jombor, Sleman, Ahad (4/1).
Selain harus memenuhi kebutuhan operasional, ia juga harus mengejar setoran. Per hari, lanjut Adi, pendapatan bersih kurang dari Rp 100 ribu. Sementara itu, untuk kebutuhan solar, sedikitnya harus menyiapkan Rp 100 setia hari.