Sabtu 03 Jan 2015 18:04 WIB

Rusia-AS Adu Kuat di Pangkalan Bun

Rep: C85/ Red: Winda Destiana Putri
Doa untuk Air Asia QZ8501
Foto: Antara
Doa untuk Air Asia QZ8501

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- Dua negara kuat, Rusia dan Amerika Serikat rupanya serius membantu Indonesia mencari serpihan dan korban Air Asia QZ8501.

Hal ini terlihat dari adanya bantuan langsung yang diterjunkan oleh kedua negara tersebut.

"Kami yakin menemukan blackbox." Eduard Chezhov, Kepala SAR Rusia mengatakannya di depan awak media saat tiba di Posko Basarnas di Pangkalan Bun.

Dengan sebuah pesawat amfibi Beriev BE200 yang mengangkut peralatan canggih, Chezhov akan ikut menyisir perairan Pangkalan Bun. "Kami juga akan menggunakan alat tercanggih untuk mendeteksi badan pesawat di bawah air. Bahkan puing kecil pun," katanya lagi.

Rusia menjadi negara pertama dari daratan Eropa yang mendaratkan pesawatnya di Lanud Iskandar untuk membantu proses pencarian dan evakuasi korban jatuhnya Air Asia QZ8501. Namun, kedatangan tim Rusia seolah menjawab bergabungnya AS ke dalam tim gabungan Basarnas. 

Di sisi lain, US Navy Lt. Cmdr. Greg Adams, penghubung militer AS dengan Basarnas, mengatakan bahwa mereka siap membantu proses evakuasi. Tim Angkatan Amerika Serikat tiba satu hari lebih awal dibanding tim Rusia.

Meski tidak secara tersirat menyatakan untuk menargetkan menemukan blackbox, namun tak bisa disangkal bahwa peralatan yang diusung oleh mereka tergolong canggih. Terbukti, dalam sehari pada Jumat (3/1), Angkatan Laut AS mampu menemukan 12 jenazah di tengah cuaca buruk dengan gelombang tinggi.

Mungkin ini subyektif, namun dua negara ini terlihat saling unjuk kekuatan di tengah operasi pencarian korban Air Asia QZ8501. Helikopter Sea Hawk AS mondar mandir di Pangkalan Bun. Apalagi Greg sendiri menolak untuk mengungkapkan strategi pencarian dan taktis yang digunakan. Rusia juga mendirikan sebuah posko di Pelabuhan Teluk Kumai, di saat AS menaruh perwakilannya di Lanud Iskandar.

Kedua negara adidaya dari belahan bumi timur dan barat ini menjadi dua kekuatan besar di Pangkalan Bun, sebuah kota kecil di Kalimantan Tengah. Keduanya berlomba untuk membantu proses evakuasi korban, apapun motifnya.

Indonesia patut berterima kasih kepada Rusia dan AS atas bantuannya. Dengan peralatan canggih mereka, terbukti korban bisa ditemukan lebih cepat. Proses evakuasi lebih efisien dengan segala metode taktis yang digunakan oleh Angkatan Laut AS.

Harapan untuk menemukan kotak hitam juga lebih dekat setelah SAR Rusia datang dengan optimisme mereka temukan rekaman kokpit tersebut.

Namun, tidak salah juga bila Indonesia waspada. Dua negara yang sedari dulu perang dingin ini berhadap-hadapan di area bencana.

Keduanya dengan bebas menyisir perairan laut Jawa. Greg ketika ditanya Republika tentang kedatangan Rusia, hanya menjawab pelan setelah diawali dengan keheningan sejenak, "Saya pun baru tahu kalau mereka (Rusia) datang. Kami tidak ada rencana untuk lakukan operasi bersama," tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement