Senin 29 Dec 2014 02:29 WIB

BPPT Siapkan Teknologi Pengurang Curah Hujan

Rep: C85/ Red: Indira Rezkisari
 Anak bermain saat air hujan menggenang di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Jumat (26/12). (Republika/Tahta Aidilla)
Anak bermain saat air hujan menggenang di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Jumat (26/12). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Memasuki tahun 2015, Indonesia akan dihadapkan dengan ancaman bencana. Intensitas hujan yang semakin tinggi, bisa saja memicu banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah di Indonesia.

Kepala UTC Hujan Buatan BPPT Heru Widodo menyatakan, potensi curah hujan akan semakin tinggi memasuki tahun 2015. Untuk itu, Heru menyatakan bahwa BPPT telah menyiapkan teknologi untuk modifikasi cuaca. "Termasuk mengurangi curah hujan. Namun kami baru gerak setelah ada rekomendasi dari BNPB," jelasnya, Ahad (28/12).

Selain itu, Heru juga menambahkan, bahwa BPPT telah menyiapkan sistem peringatan dini untuk banjir dan tanah longsor. Namun, di antara segala persiapan, Heru menambahkan bahwa yang terpenting adalah kesiapan dari sumberdaya manusia. "Mitigasi juga penting. Masyarakat sendiri harus diedukasi. Namun BPPT sudah siap dari segi teknologi," lanjutnya.

Heru menjelaskan, fenomena yang terjadi saat ini, frekuensi hujan cenderang berkurang, namun justru volume curah hujan yang terjadi meningkat. "Jadi misalnya, kalau dulu hujan seminggu tujuh kali, nanti bisa hanya lima kali. Tapi dengan curah hujan yang lebih tinggi. Lebih deras," katanya.

Untuk itu, daerah-daerah yang rawan bencana harus segara mempersiapkan diri mengadapi musim rawan bencana nanti. Selain Jawa dan Sumatera, Heru juga menambahkan, bawha Nusa tenggara juga akan terkena dampak aliran siklon tropik. "Ini kami sudah mulai koordinasi dengan BNPB untuk hadapi kemungkinan yang ada nanti." ujarnya.

Selain hujan, Heru juga mengingatkan adanya ancaman longsor di beberapa titik. Ancaman longsor, lanjutnya, justru akan semakin kuat setelah beberapa wilayah di Indonesia dilanda kemarau panjang.

"Tanah banyak yang cracking (retak). terutama jenis clay (lempung). Retak ini bila kemudian langsung terisi dengan air dengan volume besar maka akan potensi terjadinya longsor," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement